Rabu, 27 Juni 2018

Sabun bamboo charcoal


Usahakan jauhi kosmetik atau skincare yang mengandung banyak bahan kimia berbahaya seperti mercury dan lain sebagainya. Dan ubah pola pikir kita kalau memiliki kulit cerah itu harus dengan cara instan.
Jika ada produk yang menjanjikan putih dengan waktu yang sangat singkat, patutnya kamu curiga dengan kandungan yang didalamnya. Sebab tidak ada bahan alami yang memperoleh hasil dengan cara kilat karena semuanya butuh proses.
Sebelum membahas tentang efek samping sabun bamboo charcoal yang harus kamu ketahui, terlebih dahulu saya akan menjelaskan jika Sabun Bamboo atau arang ini adalah produk terbaru yang dikeluarkan MSI pada akhir 2017 kemarin.
Si hitam ini atau sabun Bamboo ini diformulasikan dari serbuk arang Bamboo dan ekstrak coconut oil dengan daya serap sempurna. Dengan No. BPOM NA18171206435
Efek samping dari Bamboo Charcoal Soap ini salah satunya dapat mengencangkan dan mengusir pori-pori di wajah. Bukan hanya itu, banyak lagi yang dapat Bamboo Charcoal Soap berikan. Diantaranya:
  • Menghilangkan sel kulit mati
  • Detox, mengeluarkan racun pada kulit
  • Mencerahkan wajah
  • Mengecilkan pori-pori
  • Menghaluskan kulit
  • Meningkatkan kelembaban kulit
  • Mengatasi jerawat
  • Mengontrol kelebihan minyak di wajah
  • Menyamarkan bintik hitam di wajah
  • Meningkatkan pertumbuhan sel-sel kulit baru
  • Mencegah tanda-tanda penuaan dini
  • Mencegah dan menyembuhkan jerawat yang meradang
  • Mengurangi kerutan pada wajah
  • Mengatasi kekeringan pada kulit
  • Merevitalisasi kulit sehingga tampak lebih sehat
Waah banyak kan efek samping positif yang terkandung dalam satu batang Bamboo Charcoal Soap ini.. So tidak usah kawatir lagi jika kamu ingin menggunakan sabun Bamboo ini yang memiliki banyak manfaat dan tentunya poduk ini adalah produk yang aman digunakan untuk kulit wajah.
CARA PEMAKAIAN SABUN BAMBOO
  • Usahakan cuci wajah dengan menggunakan sabun bamboo charcoal setiap hendak membersihkan wajah dari makeup atau kotoran debu lainnya.
  • Diwajibkan sebelum tidur tidak boleh lupa membersihkan wajah, atau cuci muka dengan sabun bamboo charcoal.
  • Disarankan untuk memotong terlebih dahulu sabun bamboo menjadi beberapa bagian, untuk memudahkan pemakaian dan agar pemakaiannya bisa awet.
  • Sabun bamboo juga bisa digunakan sebagai masker wajah, dengan cara melumatkan sabun bamboo charcoal lalu langsung aplikasikan kewajah tunggu 5-10 menit lalu bersihkan.

Cara membuat sambal kecap mudah dan praktis


Cara membuat Sambal kecap yang mudah dan praktis

Bahan :
1. Cabai
2. Bawang putih
3. Garam 
4. Gula
5. Kecap
6. Kacang tanah

Sebelumnya kacang tanah yang digunakan sudah kering dan sudah digoreng kemudian dihaluskan.

Proses pembuatan :
1. Siapkan bahan dan alat
2. Haluskan cabai, bawang putih, garam, dan gula
3. Campur kacang tanah yang telah dihaluskan dengan bumbu tadi
4. Kemudian tambahkan kecap
5. Sambal kecap siap untuk dimakan

alangkah enaknya jika sambal kecap disantap dengan tahu goreng

Facemist


Wujudmu seperti air TAPI
• Bisa bikin kulit cerah
• Bikin make up menempel sempurna n tahan lama
• Bikin kulit kencang
• Kulit jadi halus
• Jerawat bisa memudar
• Bikin wajah glowing
• Wajah sehat ternutrisi
• Cocok untuk semua jenis kulit
Info order 
ig : licahmaratus

Selasa, 26 Juni 2018

Glowing serum


Manfaat GLOWING SERUM..
🍇Membantu dalam perawatan kulit wajah sehingga kulit menjadi tampak lebih cerah alami dan glowing
🍇Memberikan nutrisi terhadap kulit (terutama wajah)
🍇Meregenerasi sel sel kulit mati/rusak dan memicu pertumbuhan sel sel kulit yang baru
🍇Menghilangkan garis & kerutan di wajah
🍇Mengecilkan pori pori dan menghilangkan flek hitam
🍇Membantu menghilangkan jerawat, komedo dan segala masalah kesehatan kulit pada umumnya.
Wa 081615342909

Laporan Jaringan Tumbuhan


I.                   JUDUL
MEMPELAJARI JARINGAN PADA TUMBUHAN
II.                TUJUAN
2.1  Setelah selesai praktikum ini diharapkan mahasiswa dapat menjelaskan jaringan-jaringan penyusun pada tubuh tumbuhan.
III.             DASAR TEORI
Jaringan adalah sekelompok sel dengan fungsi atau struktur yang sama atau dua-duanya. Organ terdiri dari sejumlah tipe jaringan yang bersama-sama melaksanakan fungsi-fungsi tertentu. Organ dasar dari tumbuhan adalah akar, batang, dan daun. Akar adalah organ multiseluler yang menambatkan tumbuhan vaskuler ke dalam tanah, mengabsorpsi mineral dan air, dan menyimpan karbohidrat. Walaupun keseluruhan system akar membantu menambatkan tumbuhan, pada sebagian besar tumbuhan penyerapan air dan mineral terutama terjadi di dekat ujung akar, tempat terdapatnya rambut akar dalam jumlah besar yang meningkatkan area permukaan akar(Campbell, 2008: 2)
Daun pada tumbuhan monokotil pada umumnya memiliki pertulangan daun sejajar atau melengkung yang bertemu di ujung daun. Beberapa anggota tumbuhan monokot mempunyai pertulangan daun menyirip atau menjari.
Akar tumbuhan monokotil merupakan  akar serabut dengan diameter akar satu engan lainnya relative sama. Pada beberapa anggota tumbuhan monokotil mempunyai akar adventif yang tumbuh dari batang dekat permukaan tanah dan berfungsi sebagai penguat batang(Sudarmadi, 1996: 1)
Daun menjari adalah kalau dari ujung tangkai daun keluar beberapa tulang yang memencar , memeperlihatkan susunan seperti jari-jari pada tangan. Sedangkan daun yang sejajar atau bertulang lurus biasanya terdapat pada daun-daun bunga garis yang mempunyai satu tulang di tengah yang besar membujur daun(Citrosupomo, 2000: 1)
Jaringan penyusun batang terdiri dari epidermis, korteks, dan jaringan pengangkut. Jaringan epidermis terdiri dari selapis sel yang menyelubungi batang, sel-selnya berbentuk persegi, dindingnya berlapis kutikula. Pada batang yang mampu melakukan fotosintesisi dijumpai stomata sel-sel epidermis. Korteks sebagian besar terdiri dari perenkim yang merupakan jaringan dasar. Kolenkim sering dijumpai di bagian tepi korteks membentuk silinder utuh atau seperti rusuk-rusuk. Parenkim yang mampu mengadakan fotosintesa disebut klorenkim. Jaringan pengangkut pada batang memiliki empat tipe berdasarkan letak berkasnya, yaitu tipe berkas kolateral, bikolateral, ampivasal, dan ampikribal(Mahriani, 1997: 3)
Pada batang berkas xylem umumnya bergabung dengan berkas floem dalam suatu ikatan berkas pembuluh. Kombinasi xylem dan floem membentuk sistem jaringan pembuluh yang sinambung di seluruh tubuh tumbuhan. Xylem muncul sebagai alat pengangkut air dan zat hara organic untuk jarah jauh, yakni dari akar sampai pucuk sumbu batang di atas tanah, sedangkan floem muncul sebagai alat translokasi zat hara organic hasil fotosintesis kea rah bawah dan ke bagian tumbuhan di bawah tanah(Hidayat, 1995: 2)
Sel-sel parenkim dewasa memiliki dinding primer yang relatif tipis dan fleksibel, dan sebagian besar tidak memiliki dinding sekunder. Saat dewasa, sel parenkim umumnya memiliki vakuola tengah yang besar. Sel parekim berfungsi pada metabolic tumbuhan, yaitu menyintesis dan menyimpan berbagai produk organic.
Sel kolenkim membantu mendukung bagian-bagian tunas tumbuhan yang muda. Sel kolenkim memiliki dinding primer yang lebih tebal daripada sel parenkim, walaupun dinding-dindingnya menebal secara tidak merata. Sel kolenkim tidak memiliki dinding sekunder, dan tidak terdapat agen pengeras lignin pada dinding primernya
Sel sklerenkim berfungsi sebagai unsur pendukung pada tumbuhan, namun dengan dinding sekunder tebal yang biasanya diperkuat oleh lignin. Sel sklerenkim lebih kaku daripada sel kolenkim. Sel sklerenkim dewasa tidak dapat memanjang, dan mereka terdapat di daerah tumbuhan yang telah berhenti tumbuh memanjang(Campbell, 2008:1)
Tanaman dapat menyerap polutan. Bagian tanaman yang berfungsi sebagai penyerap polutan adalah daunnya. Proses pengurangan polutan dilakukan dengan dua cara, diserap dan dijerap. Diserap artinya masuk ke struktur daun melalui stomata, sedangkan dijerap artinya hanya menempel di permukaan daun dan memungkinkan terlepas dan menjadi polutan kembali.
Daun merupakan organ pokok pada tubuh tumbuhan. Pada umumnya berbentuk pipih bilateral, berwarna hijau, dan tempat utama terjadinya fotosintesis. Daun memiliki sruktur mulut daun yang berguna untuk pertukaran gas O2,CO2, dan uap air(Djurumudi dkk, 2014: 1)  
Tumbuhan rumput laut memiliki rhizome, akar, daun, bunga. Rhizome merupakan batang yang terbenam dan merayap secara mendatar dan berbuku-buku. Adapun yang membedakan dengan tumbuhan di darat adalah pada rumput laut tidak ditemukan adanya stomata(Baba dkk, 2012: 1)
 



V.                HASIL PRAKTIKUM
Gambar preparat daun
 







Perbesaran : 
Keterangan :
a.       Epidermis atas
b.      Palisade
c.       Xylem
d.      Floem
e.       Parenkim
f.       Epidermis bawah
Gambar preparat batang
 







Perbesaran : 4x10
Keterangan :
a.       Epidermis
b.      Korteks
c.       Xylem
d.      Floem
Gambar preparat akar
 







Perbesaran : 10x10
Keterangan :
a.       Epidermis
b.      Korteks
c.       Endodermis
d.      Jaringan pengangkut

VI.             PEMBAHASAN
Dalam praktikum ini dilakukan percobaan mengamati jaringan-jaringan penyusun pada tubuh tumbuhan menggunakan bahan preparat awetan penampang akar, batang, dan daun dengan alat mikroskop agar struktur jaringan terlihat jelas. Pengamatan dilakukan dengan meletakkan preparat penampang melintang akar, daun, batang di bawah mikroskop. Kemudian megamati dengan perbesaran lemah ke kuat, dan yang terakhir menggambar juring dari preparat yang menunjukkan jaringan daun, batang, dan akar secara lengkap.  
Jaringan adalah sekelompok sel dengan fungsi atau struktur yang sama atau dua-duanya. Organ terdiri dari sejumlah tipe jaringan yang bersama-sama melaksanakan fungsi-fungsi tertentu.
Jaringan-jaringan penyusun tumbuhan  yang terdiri dari jaringan epidermis yang merupakan jaringan pelindung, jaringan kolenkim yang merupakan jaringan penguat agar tumbuhan tetap berdiri kokoh, jaringan sklerenkim yang juga merupakan jaringan penguat, xylem dan floem sebagai jaringan pengangkut, jaringan gabus sebagai jaringan pelindung , jaringan parenkim yang merupakan jaringan dasar, dan jaringan meristem yang selalu aktif membelah.

VII. PENUTUP
7.1  Kesimpulan
7.1.1  Jaringan-jaringan penyusun tumbuhan dapat dikelompokkan berdasarkan umur, komposisi, dan fungsinya. Berdasarkan umur terdapat jaringan muda dan dewasa, berdasarkan komposisinya terdapat jaringan sederhana dan jaringan majemuk. Sedangkan berdasarkan fungsinya dibagi menjadi jaringan dasar, pelindung, pengangkut, dan penguat.
7.2  Saran
7.2.1    Untuk para asisten diharapkan untuk mengembalikan atau memperlihatkan tugas laporan yang telah dinilai agar praktikan dapat mengetahui letak kesalahan pada laporan tersebut dan diharapkan mengambil soal pretest yang ada di modul saja.
7.2.2    Hendaknya praktikan lebih hati-hati saat menggunakan alat-alat laboratotium dan tidak lupa untuk membersihkan bagian-bagian yang perlu dibersiihkan, tertib saat melakukan praktikum.

DAFTAR PUSTAKA

Baba, Idris, dan Tilaar, Ferdinand F, dan Watung, Victor NR. 2012. Struktur Komunitas dan Biomassa Rumput Laut di Perairan Desa  Tumbak Kecamaan Pusomaen.Jurnal Ilmiah Platax.Volum i-1
Campbell, Neil. A dan Jane B Reece. 2010. Biologi Edisi Kedelapan Jilid 3. Jakarta: Erlangga
Citrosupomo, Gembong. 2000. Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta: Gadjah Mda University press
Hidayat, Estiti B. 1995. Anatomi Tumbuhan Berbiji. Bandung: ITB
Mahriani. 1997. Anatomi Tumbuhan. Jember: Laboratorium biologi Universitas Jember
Papuangan, Nurmaya, dan Nurhasanah, dan Djurumudi, Mudmainah. 2014. Jumlah dan Distribusi stomata pada tanaman penghijauan di Koata Ternate. Jurnal Bio Edukasi.Volume 3 No 1
Sudarmadi, Hartono. 1996. Tumbuhan Monokotil. Jakarta: PT Penebar Swadaya

Minggu, 24 Juni 2018

laporan morfologi akar

Untuk adik-adik yang bingung dengan gimana sih format laporan praktikum itu...
bingung gak ada gambaran...
yuk simak laporan ini sebagai contoh ya....


I.              JUDUL
Struktur Morfologi Akar.

II.           TUJUAN
2.1     Kegiatan 1
Mempelajari sistem akar tunggang pada tumbuhan dikotil dan sistem akar serabut pada monokotil.
2.2     Kegiatan 2
Mempelajari berbagai struktur akar yang Telah mengalami modifikasi karena mempunyai fungsi khusus.
2.3     Kegiatan 3
Mempelajari perkembangan sistem akar tunggang pada tumbuhan dikotil dan sistem akar serabut pada monokotil.

III.        TINJAUAN PUSTAKA
Akar adalah bagian utama dari tumbuhan setelah batang dan daun. Akar memiliki fungsi memperkuat berdirinya tumbuhan, menyerap air dan zat mineral dari dalam tanah, mengangkut air dan zat mineral ke bagian lain yang membutuhkan dan juga bisa sebagai tempat menyimpan cadangan makanan. Ciri-ciri dari akar ini biasanya ada di dalam tanah, tidak berbuku dan tidak beruas, biasanya berwarna keputih-putihan atau kekuning-kuningan, tumbuh terus pada ujungnya, dan bentuknya meruncing (Tjitrosoepomo, 2011: 91).
Bagian dari akar ada leher akar (collum) yaitu bagian akar yang bersambungan dengan pangkal batang, ujung akar (apex radicis) yaitu bagan akar paling muda yang terdiri atas jaringan-jaringan yang masih mengadakan pertumbuhan, batang akar (corpus radicis) yaitu bagian akar yang terdapat antara leher akar dan ujung akar, cabang-cabang akar (radix lateralis) yaitu bagian akar yang tak langsung bersambungan dengan pangkal batang tetapi keluar dari akar pokok dan dapat mengadakan percabangan lagi, serabut akar (fibrilla radicalis) yaitu cabang-cabang akar yang halus dan berbentuk serabut, rambut akar (pilus radicalis) yaitu bagian akar yang sebenarnya hanya penonjolan dari sel-sel kulit luar akar yang panjang bentuknya seperti buku atau rambut, dan tudung akar (calyptra) yaitu bagian akar yang terletak paling ujung  dan terdiri atas jaringan yang berfungsi untuk melindungi ujung akar yang masih muda atau lemah (Tjitrosoepomo, 2011: 91-92).
Jenis akar dibedakan menjadi dua, yaitu akar tunggang dan akar serabut. Tumbuhan yang memiliki sistem perakaran tunggang adalah tumbuhan dikotil. Sedangkan tumbuhan monokotil memiliki sistem perakaran serabut. Bagian dari kedua sistem perakara ini hampir sama hanya yang membedakan pada sister akar tunggang terdapat akar pokok atau primer sedangkan pada sistem akar serabut tidak memiliki akar primer. Modifikasi dari akar ada akar tunggang bercabang, akar tunggang tidak bercabang yang meliputi berbentuk seperti tombak (fusiformis), seperti gasing (napiformis), dan benang (filiformis) (Tjitrosoepomo, 2011: 92-94).
Modifikasi akar berdasarkan penyesuaian cara hidup ada 8, yaitu akar gantung (radix aereus), akar penghisap (haustorium) , akar pelekat (radix adligans), akar pembelit (cirrhus radicalis), akar nafas (pneumathopora), akar tunjang, akar lutut, dan akar banir (Tjitrosoepomo, 2011: 96-98). Sebelum menjadi tumbuhan yang dapat dibedakan terlebih dahulu mengalami perkecambahan. Sebelum berkecambah biji direndam selama 24 jam agar biji dapat tumbuh secara optimal (Mistian dkk, 2012:16). Tipe perkecambahan ada dua, yaitu hypogeal dan epigeal. Hypogeal apabila kotiledon berada di bawah tanah dan bagian yang aktif adalah epikotil sedangkan epigeal ketika kotiledon terangkat ke atas tanah dan bagian yang aktif adalah hipokotil (Loveless, 1989).
Pada biji tumbuhan terdapat yang namanya embrio. Embrio yang ada pada dikotil tersusun dari radikula, plumula, kotiledon, dan poros embrio. Poros embrio yang ada di bawah kotiledon disebut hipokotil yang bersambungan dengan radikula sedangkan yang berada di atas kotiledon dinamakan epigeal yang bersambungan dengan plumula. Perkecambahan dimulai dari munculnya radikula atau bakal akar, setelah itu plumula atau bakal daun dan kotiledon akan terangkat ke atas. Setelah kotiledon terangkat ke atas maka lama kelamaan bagian dari tumbuhan ini akan mudah dibedakan antara akar, batang, dan daun (Loveless, 1989)
Perkecambahan terjadi karena beberapa faktor. Salah satunya adalah hormone. Hormon merupakan zat organic yang dihasilkan oleh tanaman, yang mana saat berada dalam konsentrasi rendah hormone ini dapat mengatur proses fisiologis (Abidin, 1990). Hormone yang ada pada salah satunya adalah hormone auksin. Hormone auksin ini berperan dalam pertumbuhan tanaman dan juga pembentukan akar adventif (Hasanah, 2007: 2). Hormon ini memiliki kemampuan mendukung akan adanya perpanjangan sel pada pucuk. Hormon yang lain ada gibberellin yang berperan dalam menstimulasi sel, pemanjangan sel atau keduanya (Abidin, 1990).
Salah satu faktor internal dari perkecambahan adalah dormansi. Dormansi jika dalam bahasa Indonesia memiliki arti masa istirahat bagi suatu organ tanaman atau biji. Atau bisa dikatakan dormansi adalah kemampuan biji untuk mengundurkan fase perkecambahannya singga waktu dan tempat yang tepat untuk tumbuh. Faktor dari dormansi sendiri ada dua, yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor-faktor tersebut meliputi tidak sempurnanya embrio, embrio yang masih belum matang secara fisiologisnya, kulit biji yang tebal, kulit biji yang impermeable dan adanya inhibitor dalam perkecambahan. Dormansi pada biji ini memiliki tiga fase, yaitu pertama fase induksi, kedua fase tertundanya metabolisme, ketiga fase bertahannya embrio untuk berkecambah dan yang terakhir fase perkecambahan (Abidin, 1990: 51-52).


IV.        METODOLOGI PRAKTIKUM
4.1    Alat dan Bahan
4.1.1    Alat
a.       Alat tulis menulis
b.      Kamera
4.1.2    Bahan
4.1.2.1  Kegiatan 1
a.    Akar tumbuhan padi (Oryza sativa).
b.    Akar tumbuhan jagung (Zea mays).
c.    Akar tumbuhan bayam duri (Amaranthus spinosus).
d.   Akar tumbuhan pepaya (Carica papaya).
4.1.2.2  Kegiatan 2
a.    Akar wortel (Daucus carota).
b.    Bengkuwang (Pachyrrizus erosus).
c.    Akar sirih (Piper betle).
d.   Akar panili (Vanilla planifolia).
e.    Akar benalu (Loranthus sp.).
f.     Umbi akar ketela pohon (Manihot sp.).
g.    Akar beringin (Ficus benjamina).
h.    Akar anggrek (Dendrobium sp.).
4.1.2.3  Kegiatan 3
a.       Biji tumbuhan padi (Oryza sativa).
b.      Biji jagung (Zea mays).
c.       Biji kacang merah (Vigna angularis).
d.      Biji kacang hijau (Phaseolus vulgaris).
4.2         Skema Kerja
4.2.1   Kegiatan 1
 








4.2.2   Kegiatan 2
 








4.2.3   Kegiatan 3
 


















V.           HASIL PENGAMATAN
(Bisa dilihat dalam Lembar Kerja Mahasiswa halaman 3-11).

VI.        PEMBAHASAN
Pada praktikum ini kami membahas mengenai struktur morfologi akar. Akar adalah bagian tumbuhan yang pokok setelah batang dan daun pada tumbuhan kormus. Akar memiliki sifat atau ciri-ciri berada di dalam tanah dengan arah tumbuh ke pusat bumi, tidak beruas dan tidak berbuku-buku, biasanya berwarna kekuningan atau keputih-putihan, tumbuh terus pada ujungnya, dan bentuknya biasanya meruncing hingga mudah menembus tanah. Akar memiliki fungsi atau peranan penting pada tumbuhan. Fungsi tersebut adalah memperkuat berdirinya tumbuhan, berguna untuk menyerap air dan zat-zat makanan yang terlarut di dalam air dari dalam tanah, mengangkut air dan zat-zat makanan ke tempat-tempat pada oragn tumbuhan yang membutuhkan, juga terkadang sebagai tempat untuk menyimpan cadangan makanan.
Pada umumnya, struktur dari akar meliputi leher akar (collum) yaitu bagian akar yang bersambungan dengan pangkal batang, ujung akar (apex radicis) yaitu bagan akar paling muda yang terdiri atas jaringan-jaringan yang masih mengadakan pertumbuhan, batang akar (corpus radicis) yaitu bagian akar yang terdapat antara leher akar dan ujung akar, cabang-cabang akar (radix lateralis) yaitu bagian akar yang tak langsung bersambungan dengan pangkal batang tetapi keluar dari akar pokok dan dapat mengadakan percabangan lagi, serabut akar (fibrilla radicalis) yaitu cabang-cabang akar yang halus dan berbentuk serabut, rambut akar (pilus radicalis) yaitu bagian akar yang sebenarnya hanya penonjolan dari sel-sel kulit luar akar yang panjang bentuknya seperti buku atau rambut, dan tudung akar (calyptra) yaitu bagian akar yang terletak paling ujung  dan terdiri atas jaringan yang berfungsi untuk melindungi ujung akar yang masih muda atau lemah.
Sistem perakaran pada tumbuhan dibedakan menjadi dua, yaitu sistem perakaran tunggang dan sistem perakaran serabut. Sistem perakaran tunggang dimiliki oleh tumbuhan dikotil, sedangkan pada tumbuhan monokotil memiliki sistem perakaran serabut. Perbedaan dari kedua sistem perakaran ini dapat dilihat melalui struktur yang ada pada masing-masing sistem perakaran. Struktur akar serabut dari tumbuhan monokotil yang pada praktikum ini padi (Oryza sativa) dan jagung (Zea mays) meliputi pangkal akar (collum), serabut akar (fibrilla radicalis), rambut akar (pilus radicalis), ujung akar (apex radices), dan tudung akar (calyptra). Sedangkan struktur dari akar tunggang pada tumbuhan dikotil yang pada praktikum ini bayam duri (Amaranthus spinosus) dan pepaya (Carica papaya) antara lain pangkal akar (collum), batang akar (corpus radicis), cabang akar (radix lateralis), serabut akar (fibrilla radicalis), rambut akar (pilus radicalis), ujung akar (apex radicis), dan tudung akar (calyptra).
Dari struktur tersebut sudah terlihat perbedaan antara sistem akar tunggang dan sistem akar serabut. Pada sistem akar tunggang terdapat batang akar atau yang biasanya disebut dengan akar pokok atau akar primer. Akar primer ini berasal dari akar lembaga yang terus tumbuh menjadi akar primer yang kemudian pada akar primer ini akan tumbuh akar yang lebih kecil sebaga percabangan dari akar primer. Sedangkan pada sistem akar serabut akar lembaga yang dalam perkembangannya mati kemudian digantikan oleh akar adventif yang semua memiliki ukuran hampir sama dan semua muncul dari pangkal akar.
 Akar memiliki modifikasi. Modifikasi ini terjadi karena memiliki fungsi khusus, dan modifikasi ini bentuk penyesuaian diri mereka terhadap lingkungannya agar tetap hidup. Berdasarkan percabangannya, modifikasi ini ada akar tunggang bercabang, ada akar tunggang tidak bercabang, dan ada akar serabut. Pada akar tunggang yang tidak bercabang memiliki tiga jenis, yaitu berbentuk seperti tombak (fusiformis), berbentuk seperti gasing (napiformis), dan berbentuk seperti benang. Pada praktikum ini yang merupakan contoh dari modifikasi akar tunggang tidak bercabang adalah wortel (Daucus carota) dan bengkuwang (Pachyrrizus erosus). Wortel adalah modifikasi akar tunggang tidak bercabang dengan bentuk seperti tombak, bagian yang terlihat adalah serabut akar, pangkal akar, batang akar, ujung dan tudung akar. Sedangkan bengkuang adalah modifikasi akar tunggang tidak bercabang dengan bentuk seperti gasing. Bagiannya ada leher akar, batang akar, serabut akar, ujung akar, dan tudung akar.

VII.     PENUTUP
7.1         Kesimpulan
Akar tumbuhan monokotil yang terdapat pada tumbuhan padi dan tumbuhan jagung memiliki sistem perakaran serabut sedangkan akar tumbuhan dikotil yang terdapat pada tumbuhan bayam duri dan pepaya memiliki sistem perakaran tunggang. Pada sistem perakaran tunggang memiliki akar primer, sedangkan pada sistem perakaran serabut tidak memiliki akar primer.
Akar mengalami modifikasi karena mempunyai fungsi khusus. Adapun macam-macam modifikasi akar antara lain adalah modifikasi akar tunggang tidak bercabang dengan bentuk seperti tombak terdapat pada wortel dan bentuk seperti gasing terdapat pada bengkuwang, akar pelekat pada sirih dan anggrek, akar pembelit pada vanili, akar gantung pada beringin, akar penghisap pada benalu dan akar dari ketela pohon yang berbentuk seperti serabut akat.
Perkembangan akar dapat dilihat melalui tipe dari perkecambahannya. Adapun tipe perkecambahan dibedakan menjadi dua, yaitu hypogeal dan epigeal. Hypogeal terjadi pada tumbuhan yang memiliki sistem perakaran monokotil yaitu padi dan jagung, sedangkan epigeal terjadi pada tumbuhan yang memiliki sistem perakaran tunggang yaitu kacang merah dan kacang hijau.
7.2          Saran
-       Diharapkan untuk asisten hadir tepat waktu dan juga selesai tepat waktu agar yang memiliki jadwal mata kuliah lain tidak telat
-       Diharapkan praktikan membawa bahan praktikum dalam keadaan bersih, agar kotoran berupa tanah tidak mengotori meja praktikum dan juga ruang laboratorium.


















DAFTAR PUSTAKA

Tjitrosoepomo, Gembong. 2011. Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Mistian, Dini., Meiriani., Edison Purba. 2012. Respons Perkecambahan Benih Pinang (Areca Catechu L) terhadap Berbagai Skarifikasi dan Konsentrasi Asam Giberelat (GA3). Jurnal online Agroteknologi. 1 (1): 15-25.

Hasanah, Farida Nur dan Nintya Setiari. 2007. Pembentukan Akar pada Stek Batang Nilam Setelah direndam IBA pada Konsentrasi Berbeda. Anatomi dan Fisiologi. 15 (2): 1-6.

Loveless. 1989. Prinsip-Prinsip Biologi Tumbuhan untuk Daerah Tropik 2. Jakrta: Gramedia.

Abidin, Zainal. 1990. Dasar-dasar Pengetahuan tentang Zat Pengatur Tumbuh. Bandung: Angkasa.