Minggu, 24 Juni 2018

Laporan morfologi batang


I.              JUDUL
Struktur Morfologi Batang.

II.           TUJUAN
2.1     Kegiatan 4
Mempelajari struktur umum batang dan fungsinya pada tumbuhan dikotil dan monokotil.
2.2     Kegiatan 5
Mempelajari berbagai struktur batang yang telah mengalami modifikasi karena mempunyai fungsi khusus.
2.3     Kegiatan 6
Mempelajari perkembangan batang, pola percabangan, dan arsitektur pohon.

III.        TINJAUAN PUSTAKA
 Batang adalah organ yang terdiri dari sistem nodus yang berselang-seling, titik tempat daun melekat , dan internodus, segmen batang di antara nodus-nodus. Pada sudut teratas yang terbentuk oleh setiap daun dan batang terdapat kuncup aksilaris, struktur yang dapat membentuk tunas lateral, bisa disebut cabang. Sebagian besar kuncup aksilaris suatu tunas muda bersifat dorman (tidak bertumbuh). Dengan demikian, pemanjangan tunas biasanya terkonsentrasi di dekat ujung tunas, yang terdiri dari kuncup apikal, atau kuncup terminal, dengan dedaunan yang berkembang dan serangkaian nodus dan internodus yang tersusun rapat (Campbell dan Reece, 2008: 318).
Batang memiliki sifat umumnya berbentuk panjang bulat seperti silinder atau dapat pula mempunyai bentuk lain. Kemudian terdiri atas ruas-ruas yang masing-masing dibatasi oleh buku-buku. Di buku-buku inilah terdapat daun. Batang tumbuhnya keatas menuju cahaya atau matahari. Pada ujungnya selalu bertambah panjang. Batang juga mengadakan percabangan dan selama hidupnya tumbuhan tidak digugurkan. Pada umumnya batang tidak berwarna hijau, kecuali tumbuhan yang umurnya pendek (Tjitrosoepomo, 2009 :77).
Sebagai bagian tubuh tumbuhan, batang memiliki tugas mendukung bagian-bagian tumbuhan yang ada di atas tanah. Dengan percabangannya memperluas bidang asimilasi dan menempatkan bagian-bagian tumbuhan di dalam ruang sedemikian rupa hingga dari segi kepentingan tumbuhan bagian-bagian tadi terdapat dalam posisi yang paling menguntungkan. Selain itu, batang sebagai jalan pengangkutan air dan zat-zat makanan dari bawah ke atas dan jalan pengangkutan hasil-hasil asimilasi dari atas ke bawah serta menjadi tempat penimbunan zat-zat makanan cadangan (Tjitrosoepomo, 2009 :77).
Jika melihat berbagai jenis tumbuhan, terdapat tumbuhan yang tidak berbatang dan tumbuhan berbatang. Tumbuhan yang benar-benar tidak berbatang sesungguhnya tidak ada, hanya tampak tidak ada. Hal ini disebabkan karena batang amat pendek, sehingga semua daunnya seakan-akan keluar dari bagian atas akarnya dan tersusun rapat satu sama lain merupakan suatu roset. Tumbuhan semacam ini akan memperlihatkan batang dengan nyata pada saat berbunga. Sedangkan, tumbuhan yang jelas berbatang dibedakan menjadi batang basah yang batangnya lunak dan berair, batang berkayu yaitu batang yang keras dan kuat, batang rumput yaitu batang yang tidak keras, mempunyai ruas-ruas yang nyata dan seringkali berongga, dan terakhir batang mendong yang seperti batang rumput, tetapi memiliki ruas-ruas yang panjang (Tjitrosoepomo, 2009 :78).
Bentuk batang ada bulat (teres), bersegi (angularis) yang penampang melintang batangnya menunjukkan bentuk segitiga (triangularis) dan segiempat (quadrangularis). Selanjutnya ada yang berbentuk pipih yang terdiri dari dua macam yaitu filokladia dan kladodia. Permukaan dari batang ada yang licin (laevis), berusuk (costatus), beralur (sulcatus), atau bersayap (alatus). Kemudian untuk arah tumbuh batang ada tegak lurus (erectus) jika arahnya lurus ke atas, menggantung (dependens), berbaring (humifusus) jika batang berda di permukaan tanah dan hany ujungnya yang membengkok ke atas, menjalar (repens) jika sama seperti berbaring namun disini pada buku-bukunya keluar akar sehingga tumbuh tunas, kemudian ada serong ke atas atau condong (ascendens) jika pangkal batang seperti akan berbaring namun bagian lainnya membelok ke atas (Rosanti, 2013: 60-64).
Batang suatu tumbuhan ada yang bercabang dan ada yang tidak. Yang tidak bercabang biasanya pada tumbuhan monokotil. Cara percabangan pada batang bermacam-macam, yaitu percabangan monopodial yang batang pokoknya selalu tampak jelas karena lebih besar dan lebih panjang dari pada cabang-cabangnya, percabangan simpodial yang batang pokoknya sukar ditentukan karena dalam perkembangan selanjutnya batang pokok mungkin menghentikan pertumbuhannya, atau kalah besar dan kalah cepat pertumbuhannya dibandingkan cabangnya (Permadi, dkk, 2015:47-48). Selain itu terdapat tipe percabangan dikotom yang batangnya setiap kali menjadi dua cabang yang sama besarnya. Cabang yang besar biasanya langsung keluar dari patang pokok lazimnya disebut dahan, dan cabang-cabang yang kecil dinamakan ranting (Tjitrosoepomo, 2009:86). Pola percabangan pada tumbuhan merupakan kriteria utama dalam menganalisa mengenai reaksi pohon terhadap pohon lain dan lingkungannya . pola percabangan adalah salah satu alat dimana pohon dapat mengatur akibat pengaruh lingkungannya (Naemah, dkk., 2014:173).
Batang dapat bermodifikasi menjadi beberapa bentuk seperti rimpang. Rimpang merupakan modifikasi batang sehingga pada penampang melintang rimpang memiliki struktur anatomi yang menyerupai struktur anatomi batang. Rimpang merupakan batang yang tumbuh horizontal di bawah permukaan tanah (Kuntorini, dkk, 2011:31). Tanda-tanda bahwa merupakan umbi batang adalah beruas-ruas, berbuku-buku, akar tidak memiliki sifat seperti itu, berdaun, tetapi daunnya telah menjelma menjadi sisik-sisik, mempunyai kuncup-kuncup, tumbuhnya tidak ke pusat bumi atau air, tetapi kadang-kadang muncul di atas tanah. Kemudian dalam bentuk umbi yang merupakan suatu badan yang membengkak, bangun bulat, seperti kerucut atau tidak beraturan, merupakan tempat penimbunan makanan. Umbi dibedakan menjadi umbi batang dan umbi akar. Terdapat juga umbi lapis  yang merupakan penjelmaan batang dan daunnya. Umbi ini dinamakan umbi lapis karena memperlihatkan susunan yang berlapis-lapis. Umbi lapis dibedakan menjadi subang atau cakram yang merupakan batang sesungguhnya, tetapi hanya kecil dengan ruas-ruas yang amat pendek, membentuk seperti cakram, padanya terdapat pula kuncup-kuncup, sisik-sisik yang merupakan penjelmaan daun-daunnya yang menjadi tebal, lunak, dan berdaging (Tjitrosoepomo, 2009:104-107).

IV.        METODOLOGI PRAKTIKUM
4.1    Alat dan Bahan
4.1.1    Alat
a.       Kamera
b.      Alat tulis
4.1.2     Bahan
4.1.2.1  Kegiatan 4
a.    Batang tumbuhan rumput teki (Cyperus rotundus).
b.    Batang tumbuhan jagung (Zea mays).
c.    Batang tumbuhan bayam duri (Amaranthus spinosus).
d.   Batang tumbuhan mawar (Rosa sp.).
e.    Batang tumbuhan beluntas (Pluchea indica).
f.     Batang tumbuhan iler (Coleus sp.).
g.    Batang tumbuhan markisah (Passiflora quadrangularis).
h.    Batang tumbuhan kaktus (Opuntia).
i.      Batang tumbuhan pepaya (Carica papaya).
j.      Batang tumbuhan sirih (Piper betle).
4.1.2.2  Kegiatan 5
a.    Umbi kentang (Solanum tuberosum).
b.    Bawang merah (Allium cepa).
c.    Bawang putih (Allium sativum).
d.   Rimpang laos (Alpinia galanga).
4.1.2.3  Kegiatan 6
Tumbuhan di fakultas hukum Universitas Jember
4.2    Skema Kerja
4.2.1   Kegiatan 4
 












 










4.2.2   Kegiatan 5
 








4.2.3   Kegiatan 6

Melaporkan dan mempresentasikannya di dalam kelas
 
 























V.           HASIL PENGAMATAN
5.1  Kegiatan 4 (Struktur Umum dan Fungsi Batang)
Dapat dilihat di Lembar Kerja Mahasiswa halaman 14 – 17
5.2  Kegiatan 5 (Modifikasi Batang)
Dapat dilihat di Lembar Kerja Mahasiswa halaman 19 – 20
5.3  Kegiatan 6 (Perkembangan Batang, Pola Percabangan dan Arsitektur Pohon)
Dapat dilihat di Lembar Kerja Mahasiswa halaman 22

VI.        PEMBAHASAN
Pada praktikum ini, kami membahas tentang struktur morfologi batang. Batang merupakan sumbu tubuh tumbuhan. Daun dan bunga bertumpu dan tumbuh pada batang ini. Struktur pada batang terdiri dari struktur luar dan struktur dalam. Struktur luar dibedakan menjadi dua, yaitu berkayu dan tak berkayu atau biasa disebut basah. Sedangkan struktur dalam batang terdiri dari epidermis, korteks, endodermis, dan silinder pusat. Batang biasanya berbentuk panjang bulat seperti silinder, terdiri dari ruas-ruas, tumbuhnya ke atas menuju cahaya matahari atau fototrop, ujungnya selalu bertambah panjang, mengadakan percabangan, dan pada umumnya tidak berwarna hijau.
Batang ini memiliki beberapa fungsi, diantaranya 1) mendukung bagian lain pada tumbuhan yang berda di atas tanah, 2) memperluas bidang asimilasi dengan percabangan yang dilakukan dan menempatkan bagian-bagian tumbuhan di tempat yang sedemikian rupa, 3) sebagai jalan dalam pengangkutan air dan zat-zat makanan dari bawah menuju ke atas dan sebagai jalan dalam pengangkutan hasil asimilasi atau fotosintesis dari atas menuju ke bawah, 4) sebagai tempat menyimpan cadangan makanan.
Batang yang ada pada tumbuhan ada yang terlihat jelas dan ada yang sebenarnya memiliki batang namun sangat pendek sehingga tidak terlihat. Batang yang jelas terlihat ada empat jenis, yaitu pertama batang basah (herbaceus) yang batangnya lunak dan berair, kedua batang berkayu (lignosus) yaitu batang yang biasa keras dan kuat, karena sebagian besar terdiri atas kayu yang terdapat pada pohon-pohon (arbores) dan semak-semak (frutices). Ketiga ada batang rumput (calmus), yaitu batang yang tidak keras, mempunyai ruas-ruas yang nyata dan seringkali berongga, terakhir ada batang mendong (calamus), seperti batang rumput tetapi mempunyai ruas-ruas yang lebih panjang.
Batang dapat dilihat dari beberapa segi, mulai dari jenis batang, bentuk batang, dan arah tumbuh batang. Dilihat dari bentuknya, batang memiliki tiga bentuk batang yaitu, batang bulat (teres), bersegi (angularis) yang memiliki dua kemungkinan yaitu segitiga dan segi empat, dan pipih yang memiliki dua sifat yaitu filokladia (phyllocladium) dan kladodia (cladodium).
Mengenai arah tumbuh batang dibedakan menjadi delapan, diantaranya  tegak lurus (erectus), menggantung (dependens), berbaring (humifusus) jika batang terletak pada permukaan tanah, hanya ujungnya saja yang sedikit membengkok ke atas, menjalar atau merayap (repens) ketika batang berbaring yang dari buku-buku batangnya keluar akar-akar, serong ke atas (ascendens) atau pangkal batang seperti hendak berbaring tetapi bagian lainnya membengkok ke atas, mengangguk (nutans) jika batang tumbuh tegak lurus ke atas, tetapi ujungnya membengkok kebawah, memanjat (scandens) jika batang tumbuh ke atas dengan menggunakan penunjang, dan saat naik ke atas menggunakan alat khusus seperti akar pelekat, akar pembelit, sulur daun, sulur dahan, tangkai pembelit, duri, dan duri daun. dan arah tumbuh batang terakhir adalah membelit (volubilis) jika batang naik ke atas dengan menggunakan penunjang dimana penunjangnya berupa batang yang memanjat itu sendiri. Yang bisa membelit ke kanan maupun membelit ke kiri.
Salah satu ciri dari batang adalah mengadakan percabangan. Pada percabangan ini beberapa tumbuhan memiliki arah tumbuh cabang yang berbeda-beda. Arah tumbuh cabang pada tumbuhan dibedakan menjadi lima, yaitu tegak (fastigiatus) jika sudut antara batang dan cabang sangat kecil sehingga arah tumbuh cabang hanya pangkalnya saja sedikit serong ke atas tetapi selanjutnya hampir sejajar. Kemudian condong ke atas (patens) jika sudut antara batang dan cabang terbentuk kurang lebih 45 derajat. Selanjutnya mendatar (horizontalis) jika sudut yang terbentuk antara cabang dan batang kurang lebih 90 derajat, ada terkulai (declinatus) jika pangkal pada cabangnya mendatar kemudian pada ujungnya melengkung ke bawah, terakhir ada bergantung (pendulus) jika cabang dari tumbuhan tumbuhnya mengarah ke bawah.
Pada tumbuhan dikenal mengenai tajuk. Tajuk ini dimiliki setiap tumbuhan. Dengan bentuknya ada yang sama dan ada yang tidak. Tajuk merupakan keseluruhan bagian tumbuhan yang memiliki bentuk bermacam-macam yang ditentukan oleh proses adaptasi dan bagaimana suatu individu bertahan hidup di tempat tumbuh. Bentuk tajuk ada yang membulat atau rounded, ada yang memanjang atau columnar, ada yang memayung atau umbeliform, ada yang menyebar atau spreading dan terakhir ada bentuk segitiga atau pyramid.
Batang mengalami perkembangan. Perkembangan pada batang dapat dilihat dari tipe percabangannya. Tipe percabangan pada batang dibagi menjadi tiga, yaitu monopodial, simpodial, dan terakhir dikotom. Dikatakan tpe percabangan monopodial ketika antara batang pokok dan cabangnya dapat dibedakan, batang pokok memiliki ukuran yang lebih besar dan lebih panjang dari cabangnya. Dan dikatakan simpodial ketika batang pokok dan cabang sulit untuk dibedakan, karena batang pokok dalam perkembangan berikutnya mungkin akan kalah besar dan kalah cepat pertumbuhannya dibandingkan dengan cabangnya. Jika setiap kali mengadakan percabangan menjadi dua cabang yang sama besar maka tipe percabangannya disebut dikotom.
Batang memiliki modifikasi. Tujuan dari adanya modifikasi ini karena adanya fungsi khusus yang harus dilakukan agar tetap dapat bertahan hidup. Fungsi ini untuk menyimpan cadangan makanan. Modifikasi dari batang ini ada tiga, yaitu rimpang (rhizoma), umbi (tuber), dan umbi lapis (bulbus). Rhizoma sebenarnya adalah batang beserta daun yang terdapat di dalam tanah, bercabang-cabang dan tumbuh mendatar, dan dari ujungnya dapat muncul tunas yang akan menjadi individu baru. Rimpang ini merupakan penjelmaan dari batang dengan ciri memiliki ruas, berdaun, mempunyai kuncup, dan tumbuhnya tidak ke pusat bumi terkadang malah tumbuh ke atas. Pada praktikum yang kami lakukan contoh dari rhizome ini ada pada rimpang laos (Alpinia galanga) yang mana pada bagiannya terdapat sisik yang merupakan penjelmaan dari daun.
Modifikasi selanjutnya ada umbi (tuber), yaitu suatu badan yang membengkak, dengan bangun bulat. Umbi ini ada dua, umbi akar dan umbi batang. Dikatakan umbi batang karena pada umumnya tidak mempunyai sisa daun atau penjelmaannya dan dikatakan umbi akar karena bentuknya seperti akar dan tempatnya di dalam tanah. Dalam praktikum yang dilakukan terdapat kentang (Solanum tuberosum) yang merupakan contoh dari umbi batang. Bagiannya meliputi mata tunas. Selanjutnya ada umbi lapis (bulbus) merupakan penjelmaan dari batnag besrta daunnya. Umbi lapis yang memperlihatkan susunan yang berlapis-lapis yang terdiri atas daun-daun yang telah menjadi tebal, lunak, dan berdaging. Dan batangnya hanya bagian yang kecil pada bagian yang bawah umbi lapis tersebut.
Bagian-bagian pada umbi lapis ada cakram (discus), sisik (squama), akar serabut, dan kuncup (gemmae). Contoh dari umbi lapis dari praktikum ini ada bawang merah (Allium cepa) dan bawang putih (Alium sativum). Pada bagian dari bawang merah ini ada cakram, kemudian dari cakram ini muncul akar serabut, terdapat sisik, juga kuncup pokok. Sisik pada umbi lapis merupakan penjelmaan dari daun. sedangkan kuncup pokok (gemma bulbi) merupakan kuncup ujung, terdapat pada bagian atas cakram yang tumbuh ke atas mendukung daun-daun biasa. Selanjutnya pada bawang putih (Alium sativum) yang bagiannya sama pada bawang merah namun yang membedakan pada bawang putih kuncupnya adalah kuncup samping. Jadi muncul di sekitar induknya. Atau kuncup samping ini biasanya disebut dengan siung.
Dari tumbuhan dikotil dan monokotil memiliki perbedaan dalam morfologi batangnya. Perbedaan ini dapat dilihat dari jenis batangnya, jenis batang pada tumbuhan monokotil cenderung lunak dan berair (herbaceus), sedangkan pada dikotil jenis batangnya kebanyakan adalah berkayu dan keras (lignosus). Kemudian dilihat dari ada tidaknya cambium, pada tumbuhan monokotil tidak memiliki cambium, sedangkan pada dikotil memiliki cambium. Ada tidaknya cambium ini berpengaruh dengan besarnya batang, pada batang monokotil karena tidak memiliki cambium maka berukuran lebih kecil dari batang tumbuhan dikotil yang ukurannya lebih besar karena memiliki cambium. Kemudian pada batang monokotil dari pangkal sampai ujungnya tidak memiliki perbedaan atau sama besar, sedangkan pada batang dikotil bagian bawah atau pangkalnya memiliki ukuran yang lebih besar daripada ujungnya. Sehingga semakin ke atas maka semakin mengecil seperti kerucut. Perbedaan ini juga bisa dilihat dari percabangan. Pada tumbuhan monokotil biasanya tidak melakukan percabangan sedangkan pada tumbuhan dikotil melakukan percabangan.
Berdasarkan hasil pengamatan pada kegiatan 6, 10 macam tumbuhan tersebut terdiri dari tumbuhan kamboja (Plumeria acuminata) yang memiliki bentuk tajuk spreading (menyebar) karena dilihat dari keseluruhan tumbuhan berbentuk menyebar dengan jenis percabangan dikotom karena setiap percabangan terdapat dua cabang yang sama besar. Besar sudut yang terbentuk antara batang pokok dan cabangnya kurang lebih 450, sehingga arah tumbuhnya condong ke atas. Ditinjau dari karakteristik batangnya, memperlihatkan bekas duduk daun. Kemudian dilakukan pengamatan pada tumbuhan durian (Durio zibethinus) yang diketahui memiliki bentuk tajuk pyramidal (segitiga) karena bentuknya telah jelas menggambarkan piramid. Jenis percabangannya monopodial karena pada tumbuhan ini, batang pokoknya terlihat jelas. Sudut yang terbentuk antara batang pokok dan cabang kurang lebih 450, sehingga arah tumbuh cabangnya condong ke atas. Karakteristik batang yang dimiliki adalah membulat dan kasar. Dilanjut pengamatan pada tumbuhan mahoni (Swietenia mahagoni) yang memiliki bentuk tajuk spreading (menyebar) dengan jenis percabangan monopodial dengan sudut kurang lebih 150 yang dibentuk cabang dengan batang pokoknya, sehingga di kategorikan tumbuhan ini arah tumbuh cabangnya tegak dengan karakteristik batang lepasnya kerak seperti sisik.
Tumbuhan selanjutnya yang di amati adalah tumbuhan sirsak (Annona muncata) yang memiliki bentuk tajuk rounded (membulat) dengan jenis percabangan simpodial karena batang pokok dan cabang sulit untuk dibedakan. Sudut yang terbentuk antara cabang dan batang pokoknya kurang lebih 450 sehingga arah tumbuh cabangnya condong ke atas. Karakteristik batangnya berkayu. Selanjutnya tumbuhan ketepeng memiliki tajuk pyramid (segitiga), dalam artian bentuknya jelas seperti segitiga. Jenis percabangannya yaitu simpodial dengan sudut yang dibentuk cabang dan batang pokoknya kurang lebih 900 dengan arah tumbuh cabang yang mendatar dan karakteristik batangnya berkayu. Tumbuhan selanjutnya yaitu tumbuhan cemara (Casuarina) dengan bentuk tajuk pyramidal (segitiga) dan jenis percabangannya monopodial dalam artian penampakan batang pokok lebih besar. Kemudian, sudut yang terbentuk sangat jelas yaitu 450, sehingga arah tumbuhnya condong ke atas. Karakteristik batangnya membulat dan berkayu.
Tumbuhan ke tujuh yaitu waru (Hibiscus tiliaceus) dengan bentuk tajuk spreading atau menyebar, jenis percabangannya monopodial. Sudut antara cabang dan batang pokok kurang lebih 900 sehingga arah tumbuh cabangnya mendatar. Karakteristik batangnya memperlihatkan lentisel. Tumbuhan selanjutnya yaitu tumbuhan kenanga (Cananga odorata) yang memiliki bentuk tajuk pyramid atau segitiga. Jenis percabangannya monopodial karena dapat dibedakan antara batang pokok dan juga cabangnya, batang pokoknya lebih dibandingkan cabangnya. Sudut yang terbentuk kurang lebih 150 sehingga arah tumbuhnya tegak. Karakteristik batangnya memperlihatkan lentisel. Tumbuhan srikaya (Annana squamosa) memiliki bentuk tajuk spreading atau menyebar  dengan percabangan monopodial, batang pokok lebih besar dari cabangnya. Sudut yang dibentuk oleh cabang dan batang pokoknya kurang lebih 450 sehingga arah tumbuh cabangnya condong ke atas. Karakteristik batangnya memperlihatkan bekas daun penumpu. Dan yang terakhir adalah tumbuhan kapuk randu (Ceiba petandra), yang memiliki bentuk tajuk pyramid (segitiga). Jenis percabangannya termasuk monopodial dengan sudut cabang dan batang pokok kurang lebih 900 dan arah tumbuh cabangnya condong ke atas. Karakteristik batangnya memperlihatkan lentisel pada permukaannya.

VII.     PENUTUP
7.1         Kesimpulan
Pada batang tumbuhan dikotil cenderung memiliki jenis batang berkayu (lignosus) sedangkan pada monokotil memiliki jenis batang lunak dan berair (herbaceus). Batang tumbuhan dikotil pangkalnya lebih besar dari ujungnya sehingga berbentuk seperti kerucut, sedangkan pada monokotil ukuran antara pangkal dan ujung sama besar tidak ada perbedaan. Yang termasuk dikotil ada beluntas, kaktus, pepaya, sirih, markisa, dan mawar. Sedangkan yang monokotil ada jagung, iler, bayam duri, dan rumput teki.
Modifikasi pada batang terjadi karena adanya fungsi khusus. Sebagai alat perkembangbiakan atau juga menyimpan cadangan makanan. Modifikasi dari batang ada rimpang (Rhizoma), umbi (tuber), dan umbi lapis (bulbus). Yang termasuk ke dalam Rimpang adalah rimpang laos, bawang merah dan bawang putih termasuk ke dalam umbi lapis, sedangkan kentang termasuk ke dalam umbi batang.
Perkembangan batang dapat dilihat dari tipe percabangnnya, sedangkan arsitektur pohon dapat dilihat melalui bentuk tajuknya. Tipe percabangan pada pohon ada tiga, monopodial, simpodial, dan dikotom. Sedangkan mengenai tajuk, tajuk merupakan keseluruhan bagian tumbuhan yang memiliki bentuk bermacam-macam. Bentuk tajuk dibagi menjadi lima yaitu membulat atau rounded, memanjang atau columnar, memayung atau umbeliform, menyebar atau spreading dan bentuk segitiga atau pyramid.

7.2          Saran
-       Diharapkan praktikan membawa semua bahan praktikum dengan baik dan benar.
-       Diharapkan untuk tepat waktu baik kepada praktikan maupun asisten











DAFTAR PUSTAKA

Campbell, N.A. et al., 2008. BIOLOGI Edisi 8 Jilid 2. Jakarta: Erlangga.

Kuntorini, E.M., Astuti, M.D., dan Milina, N. 2011. Struktur Anatomi dan Kerapatan Sel Sekresi serta Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol dari Rimpang Temulawak (Curcuma Xanthorrhiza Roxb) Asal Kecamatan Pengaron Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan. Bioscientiae. 8(1): 28-37.

Naemah, D., Payung, D., Zairin Noor, M., dan Yuniarti. 2014. Model Arsitektur Pohon Jenis Bintangur (Calophyllum Inophyllum L.) di Taman Hutan Rakyat (Tahura) Sultan Adam. Jurnal Hutan Tropis. 2(2): 170-175.

Permadi, I.W.A., Gunadi I.D.A., dan Sukewijaya I.M. 2015. Identifikasi Karakter Morfologi dan Agronomi Tanaman Gonda (Sphenoclea zeylanica Gaertn) di Kabupaten Jembrana, Bali. Agotrop. 5(1): 43-54.

Rosanti, Dewi. 2013. Morfologi Tumbuhan. Jakarta: Erlangga.

Tjitrosoepomo, Gembong. 2009. Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta: Gadjah Mada Press.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar