I.
JUDUL
Struktur
Morfologi Batang.
II.
TUJUAN
2.1
Kegiatan 4
Mempelajari struktur umum batang dan fungsinya pada tumbuhan
dikotil dan monokotil.
2.2
Kegiatan 5
Mempelajari berbagai struktur batang yang telah
mengalami modifikasi karena mempunyai fungsi khusus.
2.3
Kegiatan 6
Mempelajari perkembangan batang, pola percabangan, dan
arsitektur pohon.
III.
TINJAUAN PUSTAKA
Batang
adalah organ yang terdiri dari sistem nodus yang berselang-seling, titik tempat
daun melekat , dan internodus, segmen batang di antara nodus-nodus. Pada sudut
teratas yang terbentuk oleh setiap daun dan batang terdapat kuncup aksilaris,
struktur yang dapat membentuk tunas lateral, bisa disebut cabang. Sebagian
besar kuncup aksilaris suatu tunas muda bersifat dorman (tidak bertumbuh).
Dengan demikian, pemanjangan tunas biasanya terkonsentrasi di dekat ujung
tunas, yang terdiri dari kuncup apikal, atau kuncup terminal, dengan dedaunan
yang berkembang dan serangkaian nodus dan internodus yang tersusun rapat (Campbell
dan Reece, 2008: 318).
Batang
memiliki sifat umumnya berbentuk panjang bulat seperti silinder atau dapat pula
mempunyai bentuk lain. Kemudian terdiri atas ruas-ruas yang masing-masing
dibatasi oleh buku-buku. Di buku-buku inilah terdapat daun. Batang tumbuhnya
keatas menuju cahaya atau matahari. Pada ujungnya selalu bertambah panjang. Batang juga mengadakan
percabangan dan selama hidupnya tumbuhan tidak digugurkan. Pada umumnya batang
tidak berwarna hijau, kecuali tumbuhan yang umurnya pendek (Tjitrosoepomo, 2009 :77).
Sebagai
bagian tubuh tumbuhan, batang memiliki tugas mendukung bagian-bagian tumbuhan
yang ada di atas tanah. Dengan percabangannya memperluas bidang asimilasi dan
menempatkan bagian-bagian tumbuhan di dalam ruang sedemikian rupa hingga dari
segi kepentingan tumbuhan bagian-bagian tadi terdapat dalam posisi yang paling
menguntungkan. Selain itu, batang sebagai jalan pengangkutan air dan zat-zat
makanan dari bawah ke atas dan jalan pengangkutan hasil-hasil asimilasi dari
atas ke bawah serta menjadi tempat penimbunan zat-zat makanan cadangan (Tjitrosoepomo, 2009 :77).
Jika
melihat berbagai jenis tumbuhan, terdapat tumbuhan yang tidak berbatang dan
tumbuhan berbatang. Tumbuhan yang benar-benar tidak berbatang sesungguhnya
tidak ada, hanya tampak tidak ada. Hal ini disebabkan karena batang amat
pendek, sehingga semua daunnya seakan-akan keluar dari bagian atas akarnya dan
tersusun rapat satu sama lain merupakan suatu roset. Tumbuhan semacam ini akan
memperlihatkan batang dengan nyata pada saat berbunga. Sedangkan, tumbuhan yang
jelas berbatang dibedakan menjadi batang basah yang batangnya lunak dan berair,
batang berkayu yaitu
batang yang keras dan kuat, batang rumput yaitu batang yang tidak keras,
mempunyai ruas-ruas yang nyata dan seringkali berongga, dan terakhir batang
mendong yang seperti batang rumput, tetapi memiliki ruas-ruas yang panjang (Tjitrosoepomo, 2009 :78).
Bentuk batang ada bulat (teres),
bersegi (angularis) yang penampang
melintang batangnya menunjukkan bentuk segitiga (triangularis) dan segiempat (quadrangularis).
Selanjutnya ada yang berbentuk pipih yang terdiri dari dua macam yaitu
filokladia dan kladodia. Permukaan dari batang ada yang licin (laevis), berusuk (costatus), beralur (sulcatus),
atau bersayap (alatus). Kemudian
untuk arah tumbuh batang ada tegak lurus (erectus) jika arahnya lurus ke atas,
menggantung (dependens), berbaring (humifusus) jika batang berda di permukaan
tanah dan hany ujungnya yang membengkok ke atas, menjalar (repens) jika sama
seperti berbaring namun disini pada buku-bukunya keluar akar sehingga tumbuh
tunas, kemudian ada serong ke atas atau condong (ascendens) jika pangkal batang
seperti akan berbaring namun bagian lainnya membelok ke atas (Rosanti, 2013:
60-64).
Batang
suatu tumbuhan ada yang bercabang dan ada yang tidak. Yang tidak bercabang
biasanya pada tumbuhan
monokotil. Cara percabangan pada batang bermacam-macam, yaitu percabangan
monopodial yang batang pokoknya selalu tampak jelas karena lebih besar dan
lebih panjang dari pada cabang-cabangnya, percabangan simpodial yang batang
pokoknya sukar ditentukan karena dalam perkembangan selanjutnya batang pokok
mungkin menghentikan pertumbuhannya, atau kalah besar dan kalah cepat
pertumbuhannya dibandingkan cabangnya (Permadi, dkk, 2015:47-48). Selain itu
terdapat tipe percabangan dikotom yang batangnya setiap kali menjadi dua cabang
yang sama besarnya. Cabang yang besar biasanya langsung keluar dari patang
pokok lazimnya disebut dahan, dan cabang-cabang yang kecil dinamakan ranting (Tjitrosoepomo,
2009:86). Pola percabangan pada
tumbuhan merupakan kriteria utama dalam menganalisa mengenai reaksi pohon
terhadap pohon lain dan lingkungannya . pola percabangan adalah salah satu alat
dimana pohon dapat mengatur akibat pengaruh lingkungannya (Naemah, dkk., 2014:173).
Batang
dapat bermodifikasi menjadi beberapa bentuk seperti rimpang. Rimpang merupakan
modifikasi batang sehingga pada penampang melintang rimpang memiliki struktur
anatomi yang menyerupai struktur anatomi batang. Rimpang merupakan batang yang
tumbuh horizontal di bawah permukaan tanah (Kuntorini, dkk, 2011:31).
Tanda-tanda bahwa merupakan umbi batang adalah beruas-ruas, berbuku-buku, akar
tidak memiliki sifat seperti itu, berdaun, tetapi daunnya telah menjelma
menjadi sisik-sisik, mempunyai kuncup-kuncup, tumbuhnya tidak ke pusat bumi
atau air, tetapi kadang-kadang muncul di atas tanah. Kemudian dalam bentuk umbi
yang merupakan suatu badan yang membengkak, bangun bulat, seperti kerucut atau
tidak beraturan, merupakan tempat penimbunan makanan. Umbi dibedakan menjadi
umbi batang dan umbi akar. Terdapat juga umbi lapis yang merupakan penjelmaan batang dan daunnya.
Umbi ini dinamakan umbi lapis karena memperlihatkan susunan yang
berlapis-lapis. Umbi lapis dibedakan menjadi subang atau cakram yang merupakan
batang sesungguhnya, tetapi hanya kecil dengan ruas-ruas yang amat pendek,
membentuk seperti cakram,
padanya terdapat pula kuncup-kuncup, sisik-sisik yang merupakan penjelmaan
daun-daunnya yang menjadi tebal, lunak, dan berdaging (Tjitrosoepomo, 2009:104-107).
IV.
METODOLOGI PRAKTIKUM
4.1
Alat dan Bahan
4.1.1
Alat
a. Kamera
b. Alat tulis
4.1.2
Bahan
4.1.2.1 Kegiatan 4
a. Batang tumbuhan rumput teki (Cyperus rotundus).
b. Batang tumbuhan jagung (Zea mays).
c. Batang tumbuhan bayam duri (Amaranthus spinosus).
d. Batang tumbuhan mawar (Rosa sp.).
e. Batang tumbuhan beluntas (Pluchea indica).
f. Batang tumbuhan iler (Coleus sp.).
g. Batang tumbuhan markisah (Passiflora quadrangularis).
h. Batang tumbuhan kaktus (Opuntia).
i. Batang tumbuhan pepaya (Carica papaya).
j. Batang tumbuhan sirih (Piper betle).
4.1.2.2 Kegiatan 5
a. Umbi kentang (Solanum
tuberosum).
b. Bawang merah (Allium
cepa).
c. Bawang putih (Allium
sativum).
d. Rimpang laos (Alpinia
galanga).
4.1.2.3 Kegiatan 6
Tumbuhan di fakultas hukum Universitas Jember
4.2
Skema Kerja
4.2.1
Kegiatan 4
4.2.2
Kegiatan 5
4.2.3
Kegiatan 6
|
V.
HASIL PENGAMATAN
5.1 Kegiatan
4 (Struktur Umum dan Fungsi Batang)
Dapat
dilihat di Lembar Kerja Mahasiswa halaman 14 – 17
5.2 Kegiatan
5 (Modifikasi Batang)
Dapat
dilihat di Lembar Kerja Mahasiswa halaman 19 – 20
5.3 Kegiatan
6 (Perkembangan Batang, Pola Percabangan dan Arsitektur Pohon)
Dapat
dilihat di Lembar Kerja Mahasiswa halaman 22
VI.
PEMBAHASAN
Pada praktikum ini, kami membahas tentang struktur
morfologi batang. Batang merupakan sumbu tubuh tumbuhan. Daun dan bunga
bertumpu dan tumbuh pada batang ini. Struktur pada batang terdiri dari struktur
luar dan struktur dalam. Struktur luar dibedakan menjadi dua, yaitu berkayu dan
tak berkayu atau biasa disebut basah. Sedangkan struktur dalam batang terdiri
dari epidermis, korteks, endodermis, dan silinder pusat. Batang biasanya
berbentuk panjang bulat seperti silinder, terdiri dari ruas-ruas, tumbuhnya ke
atas menuju cahaya matahari atau fototrop, ujungnya selalu bertambah panjang,
mengadakan percabangan, dan pada umumnya tidak berwarna hijau.
Batang ini memiliki beberapa fungsi, diantaranya 1)
mendukung bagian lain pada tumbuhan yang berda di atas tanah, 2) memperluas
bidang asimilasi dengan percabangan yang dilakukan dan menempatkan
bagian-bagian tumbuhan di tempat yang sedemikian rupa, 3) sebagai jalan dalam
pengangkutan air dan zat-zat makanan dari bawah menuju ke atas dan sebagai
jalan dalam pengangkutan hasil asimilasi atau fotosintesis dari atas menuju ke
bawah, 4) sebagai tempat menyimpan cadangan makanan.
Batang yang ada pada tumbuhan ada yang terlihat jelas
dan ada yang sebenarnya memiliki batang namun sangat pendek sehingga tidak
terlihat. Batang yang jelas terlihat ada empat jenis, yaitu pertama batang
basah (herbaceus) yang batangnya
lunak dan berair, kedua batang berkayu (lignosus)
yaitu batang yang biasa keras dan kuat, karena sebagian besar terdiri atas kayu
yang terdapat pada pohon-pohon (arbores)
dan semak-semak (frutices). Ketiga
ada batang rumput (calmus), yaitu
batang yang tidak keras, mempunyai ruas-ruas yang nyata dan seringkali
berongga, terakhir ada batang mendong (calamus),
seperti batang rumput tetapi mempunyai ruas-ruas yang lebih panjang.
Batang dapat dilihat dari beberapa segi, mulai dari
jenis batang, bentuk batang, dan arah tumbuh batang. Dilihat dari bentuknya,
batang memiliki tiga bentuk batang yaitu, batang bulat (teres), bersegi (angularis)
yang memiliki dua kemungkinan yaitu segitiga dan segi empat, dan pipih yang
memiliki dua sifat yaitu filokladia (phyllocladium)
dan kladodia (cladodium).
Mengenai arah tumbuh batang dibedakan menjadi delapan,
diantaranya tegak lurus (erectus), menggantung (dependens), berbaring (humifusus) jika batang terletak pada
permukaan tanah, hanya ujungnya saja yang sedikit membengkok ke atas, menjalar
atau merayap (repens) ketika batang
berbaring yang dari buku-buku batangnya keluar akar-akar, serong ke atas (ascendens) atau pangkal batang seperti
hendak berbaring tetapi bagian lainnya membengkok ke atas, mengangguk (nutans) jika batang tumbuh tegak lurus
ke atas, tetapi ujungnya membengkok kebawah, memanjat (scandens) jika batang tumbuh ke atas dengan menggunakan penunjang, dan
saat naik ke atas menggunakan alat khusus seperti akar pelekat, akar pembelit,
sulur daun, sulur dahan, tangkai pembelit, duri, dan duri daun. dan arah tumbuh
batang terakhir adalah membelit (volubilis)
jika batang naik ke atas dengan menggunakan penunjang dimana penunjangnya
berupa batang yang memanjat itu sendiri. Yang bisa membelit ke kanan maupun
membelit ke kiri.
Salah satu ciri dari batang adalah mengadakan
percabangan. Pada percabangan ini beberapa tumbuhan memiliki arah tumbuh cabang
yang berbeda-beda. Arah tumbuh cabang pada tumbuhan dibedakan menjadi lima,
yaitu tegak (fastigiatus) jika sudut
antara batang dan cabang sangat kecil sehingga arah tumbuh cabang hanya
pangkalnya saja sedikit serong ke atas tetapi selanjutnya hampir sejajar. Kemudian
condong ke atas (patens) jika sudut antara batang dan cabang terbentuk kurang
lebih 45 derajat. Selanjutnya mendatar (horizontalis)
jika sudut yang terbentuk antara cabang dan batang kurang lebih 90 derajat, ada
terkulai (declinatus) jika pangkal
pada cabangnya mendatar kemudian pada ujungnya melengkung ke bawah, terakhir
ada bergantung (pendulus) jika cabang
dari tumbuhan tumbuhnya mengarah ke bawah.
Pada tumbuhan dikenal mengenai tajuk. Tajuk ini
dimiliki setiap tumbuhan. Dengan bentuknya ada yang sama dan ada yang tidak.
Tajuk merupakan keseluruhan bagian tumbuhan yang memiliki bentuk bermacam-macam
yang ditentukan oleh proses adaptasi dan bagaimana suatu individu bertahan
hidup di tempat tumbuh. Bentuk tajuk ada yang membulat atau rounded, ada yang
memanjang atau columnar, ada yang memayung atau umbeliform, ada yang menyebar
atau spreading dan terakhir ada bentuk segitiga atau pyramid.
Batang mengalami perkembangan. Perkembangan pada
batang dapat dilihat dari tipe percabangannya. Tipe percabangan pada batang
dibagi menjadi tiga, yaitu monopodial, simpodial, dan terakhir dikotom.
Dikatakan tpe percabangan monopodial ketika antara batang pokok dan cabangnya
dapat dibedakan, batang pokok memiliki ukuran yang lebih besar dan lebih
panjang dari cabangnya. Dan dikatakan simpodial ketika batang pokok dan cabang
sulit untuk dibedakan, karena batang pokok dalam perkembangan berikutnya
mungkin akan kalah besar dan kalah cepat pertumbuhannya dibandingkan dengan
cabangnya. Jika setiap kali mengadakan percabangan menjadi dua cabang yang sama
besar maka tipe percabangannya disebut dikotom.
Batang memiliki modifikasi. Tujuan dari adanya
modifikasi ini karena adanya fungsi khusus yang harus dilakukan agar tetap
dapat bertahan hidup. Fungsi ini untuk menyimpan cadangan makanan. Modifikasi
dari batang ini ada tiga, yaitu rimpang (rhizoma),
umbi (tuber), dan umbi lapis (bulbus). Rhizoma sebenarnya adalah
batang beserta daun yang terdapat di dalam tanah, bercabang-cabang dan tumbuh
mendatar, dan dari ujungnya dapat muncul tunas yang akan menjadi individu baru.
Rimpang ini merupakan penjelmaan dari batang dengan ciri memiliki ruas,
berdaun, mempunyai kuncup, dan tumbuhnya tidak ke pusat bumi terkadang malah
tumbuh ke atas. Pada praktikum yang kami lakukan contoh dari rhizome ini ada
pada rimpang laos (Alpinia galanga)
yang mana pada bagiannya terdapat sisik yang merupakan penjelmaan dari daun.
Modifikasi selanjutnya ada umbi (tuber), yaitu suatu badan yang membengkak, dengan bangun bulat.
Umbi ini ada dua, umbi akar dan umbi batang. Dikatakan umbi batang karena pada
umumnya tidak mempunyai sisa daun atau penjelmaannya dan dikatakan umbi akar
karena bentuknya seperti akar dan tempatnya di dalam tanah. Dalam praktikum
yang dilakukan terdapat kentang (Solanum
tuberosum) yang merupakan contoh dari umbi batang. Bagiannya meliputi mata
tunas. Selanjutnya ada umbi lapis (bulbus)
merupakan penjelmaan dari batnag besrta daunnya. Umbi lapis yang memperlihatkan
susunan yang berlapis-lapis yang terdiri atas daun-daun yang telah menjadi
tebal, lunak, dan berdaging. Dan batangnya hanya bagian yang kecil pada bagian
yang bawah umbi lapis tersebut.
Bagian-bagian pada umbi lapis ada cakram (discus), sisik (squama), akar serabut, dan kuncup
(gemmae). Contoh dari umbi lapis dari
praktikum ini ada bawang merah (Allium
cepa) dan bawang putih (Alium sativum).
Pada bagian dari bawang merah ini ada cakram, kemudian dari cakram ini muncul
akar serabut, terdapat sisik, juga kuncup pokok. Sisik pada umbi lapis
merupakan penjelmaan dari daun. sedangkan kuncup pokok (gemma bulbi) merupakan kuncup ujung, terdapat pada bagian atas
cakram yang tumbuh ke atas mendukung daun-daun biasa. Selanjutnya pada bawang
putih (Alium sativum) yang bagiannya
sama pada bawang merah namun yang membedakan pada bawang putih kuncupnya adalah
kuncup samping. Jadi muncul di sekitar induknya. Atau kuncup samping ini
biasanya disebut dengan siung.
Dari tumbuhan dikotil dan monokotil memiliki perbedaan
dalam morfologi batangnya. Perbedaan ini dapat dilihat dari jenis batangnya,
jenis batang pada tumbuhan monokotil cenderung lunak dan berair (herbaceus), sedangkan pada dikotil jenis
batangnya kebanyakan adalah berkayu dan keras (lignosus). Kemudian dilihat dari ada tidaknya cambium, pada
tumbuhan monokotil tidak memiliki cambium, sedangkan pada dikotil memiliki
cambium. Ada tidaknya cambium ini berpengaruh dengan besarnya batang, pada
batang monokotil karena tidak memiliki cambium maka berukuran lebih kecil dari
batang tumbuhan dikotil yang ukurannya lebih besar karena memiliki cambium. Kemudian
pada batang monokotil dari pangkal sampai ujungnya tidak memiliki perbedaan
atau sama besar, sedangkan pada batang dikotil bagian bawah atau pangkalnya
memiliki ukuran yang lebih besar daripada ujungnya. Sehingga semakin ke atas
maka semakin mengecil seperti kerucut. Perbedaan ini juga bisa dilihat dari
percabangan. Pada tumbuhan monokotil biasanya tidak melakukan percabangan
sedangkan pada tumbuhan dikotil melakukan percabangan.
Berdasarkan
hasil pengamatan pada kegiatan 6, 10 macam tumbuhan tersebut terdiri dari
tumbuhan kamboja (Plumeria acuminata)
yang memiliki bentuk tajuk spreading
(menyebar) karena dilihat dari
keseluruhan tumbuhan berbentuk menyebar
dengan jenis percabangan dikotom
karena setiap percabangan terdapat dua cabang yang sama besar.
Besar sudut yang terbentuk antara batang pokok dan cabangnya kurang lebih 450,
sehingga arah tumbuhnya condong ke atas. Ditinjau dari karakteristik batangnya,
memperlihatkan bekas duduk daun.
Kemudian dilakukan pengamatan pada tumbuhan durian
(Durio zibethinus)
yang diketahui memiliki
bentuk tajuk pyramidal (segitiga)
karena bentuknya telah jelas menggambarkan piramid. Jenis percabangannya
monopodial karena pada tumbuhan ini, batang pokoknya terlihat jelas. Sudut yang
terbentuk antara batang pokok dan cabang kurang lebih 450,
sehingga arah tumbuh cabangnya
condong ke atas. Karakteristik
batang yang dimiliki adalah membulat
dan kasar. Dilanjut pengamatan pada tumbuhan mahoni (Swietenia
mahagoni) yang memiliki bentuk tajuk spreading (menyebar) dengan jenis
percabangan monopodial dengan sudut kurang lebih 150
yang dibentuk cabang dengan batang pokoknya, sehingga di kategorikan tumbuhan ini arah tumbuh cabangnya tegak dengan karakteristik
batang lepasnya kerak seperti sisik.
Tumbuhan
selanjutnya yang di amati adalah tumbuhan sirsak
(Annona
muncata) yang memiliki bentuk tajuk rounded (membulat)
dengan jenis percabangan simpodial
karena batang pokok dan cabang
sulit untuk dibedakan. Sudut yang terbentuk antara
cabang dan batang pokoknya kurang lebih 450
sehingga arah tumbuh cabangnya
condong ke atas. Karakteristik batangnya berkayu.
Selanjutnya tumbuhan ketepeng memiliki
tajuk pyramid (segitiga), dalam artian
bentuknya jelas seperti segitiga.
Jenis percabangannya yaitu simpodial
dengan sudut yang dibentuk cabang dan batang pokoknya kurang lebih 900
dengan arah tumbuh cabang yang mendatar dan karakteristik
batangnya berkayu.
Tumbuhan selanjutnya yaitu tumbuhan cemara
(Casuarina)
dengan bentuk tajuk pyramidal (segitiga)
dan jenis percabangannya monopodial dalam artian penampakan batang pokok lebih
besar. Kemudian, sudut yang terbentuk sangat jelas yaitu 450,
sehingga arah tumbuhnya condong ke atas.
Karakteristik batangnya membulat dan berkayu.
Tumbuhan
ke tujuh yaitu waru
(Hibiscus
tiliaceus) dengan bentuk tajuk spreading atau menyebar, jenis
percabangannya monopodial. Sudut
antara cabang dan batang pokok kurang
lebih 900 sehingga arah tumbuh
cabangnya mendatar.
Karakteristik batangnya memperlihatkan
lentisel. Tumbuhan selanjutnya yaitu tumbuhan kenanga (Cananga
odorata) yang memiliki bentuk tajuk pyramid atau segitiga. Jenis percabangannya monopodial karena dapat dibedakan
antara batang pokok dan juga cabangnya, batang pokoknya lebih dibandingkan cabangnya.
Sudut yang terbentuk kurang lebih 150
sehingga arah tumbuhnya tegak.
Karakteristik batangnya memperlihatkan lentisel. Tumbuhan srikaya (Annana squamosa)
memiliki bentuk tajuk spreading atau
menyebar dengan percabangan monopodial, batang pokok lebih besar dari cabangnya.
Sudut yang dibentuk oleh cabang dan batang pokoknya kurang lebih 450
sehingga arah tumbuh cabangnya
condong ke atas. Karakteristik
batangnya memperlihatkan bekas daun penumpu.
Dan yang terakhir adalah tumbuhan kapuk
randu (Ceiba petandra),
yang memiliki bentuk tajuk pyramid
(segitiga). Jenis percabangannya
termasuk monopodial dengan sudut cabang dan batang pokok kurang lebih 900
dan arah tumbuh cabangnya
condong ke atas. Karakteristik batangnya memperlihatkan lentisel pada permukaannya.
VII. PENUTUP
7.1
Kesimpulan
Pada batang tumbuhan dikotil cenderung memiliki jenis
batang berkayu (lignosus) sedangkan
pada monokotil memiliki jenis batang lunak dan berair (herbaceus). Batang tumbuhan dikotil pangkalnya lebih besar dari
ujungnya sehingga berbentuk seperti kerucut, sedangkan pada monokotil ukuran
antara pangkal dan ujung sama besar tidak ada perbedaan. Yang termasuk dikotil
ada beluntas, kaktus, pepaya, sirih, markisa, dan mawar. Sedangkan yang
monokotil ada jagung, iler, bayam duri, dan rumput teki.
Modifikasi pada batang terjadi karena adanya fungsi
khusus. Sebagai alat perkembangbiakan atau juga menyimpan cadangan makanan.
Modifikasi dari batang ada rimpang (Rhizoma),
umbi (tuber), dan umbi lapis (bulbus). Yang termasuk ke dalam Rimpang
adalah rimpang laos, bawang merah dan bawang putih termasuk ke dalam umbi
lapis, sedangkan kentang termasuk ke dalam umbi batang.
Perkembangan batang dapat dilihat dari tipe
percabangnnya, sedangkan arsitektur pohon dapat dilihat melalui bentuk
tajuknya. Tipe percabangan pada pohon ada tiga, monopodial, simpodial, dan
dikotom. Sedangkan mengenai tajuk, tajuk merupakan keseluruhan bagian tumbuhan
yang memiliki bentuk bermacam-macam. Bentuk tajuk dibagi menjadi lima yaitu membulat
atau rounded, memanjang atau columnar, memayung atau umbeliform, menyebar atau
spreading dan bentuk segitiga atau pyramid.
7.2
Saran
- Diharapkan praktikan membawa semua bahan praktikum
dengan baik dan benar.
- Diharapkan untuk tepat waktu baik kepada praktikan
maupun asisten
DAFTAR
PUSTAKA
Campbell, N.A. et al., 2008. BIOLOGI Edisi 8 Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Kuntorini, E.M., Astuti, M.D., dan Milina, N. 2011.
Struktur Anatomi dan Kerapatan Sel Sekresi serta
Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol dari Rimpang Temulawak (Curcuma
Xanthorrhiza Roxb) Asal Kecamatan Pengaron Kabupaten Banjar, Kalimantan
Selatan. Bioscientiae. 8(1): 28-37.
Naemah, D., Payung, D., Zairin Noor, M., dan
Yuniarti. 2014. Model Arsitektur Pohon Jenis Bintangur (Calophyllum Inophyllum
L.) di Taman Hutan Rakyat (Tahura) Sultan Adam. Jurnal Hutan Tropis. 2(2): 170-175.
Permadi, I.W.A., Gunadi I.D.A., dan
Sukewijaya I.M. 2015. Identifikasi Karakter Morfologi dan Agronomi Tanaman Gonda (Sphenoclea
zeylanica Gaertn) di Kabupaten Jembrana, Bali. Agotrop. 5(1): 43-54.
Rosanti, Dewi. 2013. Morfologi
Tumbuhan. Jakarta: Erlangga.
Tjitrosoepomo, Gembong. 2009. Morfologi Tumbuhan.
Yogyakarta: Gadjah Mada Press.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar