Minggu, 24 Juni 2018

laporan morfologi akar

Untuk adik-adik yang bingung dengan gimana sih format laporan praktikum itu...
bingung gak ada gambaran...
yuk simak laporan ini sebagai contoh ya....


I.              JUDUL
Struktur Morfologi Akar.

II.           TUJUAN
2.1     Kegiatan 1
Mempelajari sistem akar tunggang pada tumbuhan dikotil dan sistem akar serabut pada monokotil.
2.2     Kegiatan 2
Mempelajari berbagai struktur akar yang Telah mengalami modifikasi karena mempunyai fungsi khusus.
2.3     Kegiatan 3
Mempelajari perkembangan sistem akar tunggang pada tumbuhan dikotil dan sistem akar serabut pada monokotil.

III.        TINJAUAN PUSTAKA
Akar adalah bagian utama dari tumbuhan setelah batang dan daun. Akar memiliki fungsi memperkuat berdirinya tumbuhan, menyerap air dan zat mineral dari dalam tanah, mengangkut air dan zat mineral ke bagian lain yang membutuhkan dan juga bisa sebagai tempat menyimpan cadangan makanan. Ciri-ciri dari akar ini biasanya ada di dalam tanah, tidak berbuku dan tidak beruas, biasanya berwarna keputih-putihan atau kekuning-kuningan, tumbuh terus pada ujungnya, dan bentuknya meruncing (Tjitrosoepomo, 2011: 91).
Bagian dari akar ada leher akar (collum) yaitu bagian akar yang bersambungan dengan pangkal batang, ujung akar (apex radicis) yaitu bagan akar paling muda yang terdiri atas jaringan-jaringan yang masih mengadakan pertumbuhan, batang akar (corpus radicis) yaitu bagian akar yang terdapat antara leher akar dan ujung akar, cabang-cabang akar (radix lateralis) yaitu bagian akar yang tak langsung bersambungan dengan pangkal batang tetapi keluar dari akar pokok dan dapat mengadakan percabangan lagi, serabut akar (fibrilla radicalis) yaitu cabang-cabang akar yang halus dan berbentuk serabut, rambut akar (pilus radicalis) yaitu bagian akar yang sebenarnya hanya penonjolan dari sel-sel kulit luar akar yang panjang bentuknya seperti buku atau rambut, dan tudung akar (calyptra) yaitu bagian akar yang terletak paling ujung  dan terdiri atas jaringan yang berfungsi untuk melindungi ujung akar yang masih muda atau lemah (Tjitrosoepomo, 2011: 91-92).
Jenis akar dibedakan menjadi dua, yaitu akar tunggang dan akar serabut. Tumbuhan yang memiliki sistem perakaran tunggang adalah tumbuhan dikotil. Sedangkan tumbuhan monokotil memiliki sistem perakaran serabut. Bagian dari kedua sistem perakara ini hampir sama hanya yang membedakan pada sister akar tunggang terdapat akar pokok atau primer sedangkan pada sistem akar serabut tidak memiliki akar primer. Modifikasi dari akar ada akar tunggang bercabang, akar tunggang tidak bercabang yang meliputi berbentuk seperti tombak (fusiformis), seperti gasing (napiformis), dan benang (filiformis) (Tjitrosoepomo, 2011: 92-94).
Modifikasi akar berdasarkan penyesuaian cara hidup ada 8, yaitu akar gantung (radix aereus), akar penghisap (haustorium) , akar pelekat (radix adligans), akar pembelit (cirrhus radicalis), akar nafas (pneumathopora), akar tunjang, akar lutut, dan akar banir (Tjitrosoepomo, 2011: 96-98). Sebelum menjadi tumbuhan yang dapat dibedakan terlebih dahulu mengalami perkecambahan. Sebelum berkecambah biji direndam selama 24 jam agar biji dapat tumbuh secara optimal (Mistian dkk, 2012:16). Tipe perkecambahan ada dua, yaitu hypogeal dan epigeal. Hypogeal apabila kotiledon berada di bawah tanah dan bagian yang aktif adalah epikotil sedangkan epigeal ketika kotiledon terangkat ke atas tanah dan bagian yang aktif adalah hipokotil (Loveless, 1989).
Pada biji tumbuhan terdapat yang namanya embrio. Embrio yang ada pada dikotil tersusun dari radikula, plumula, kotiledon, dan poros embrio. Poros embrio yang ada di bawah kotiledon disebut hipokotil yang bersambungan dengan radikula sedangkan yang berada di atas kotiledon dinamakan epigeal yang bersambungan dengan plumula. Perkecambahan dimulai dari munculnya radikula atau bakal akar, setelah itu plumula atau bakal daun dan kotiledon akan terangkat ke atas. Setelah kotiledon terangkat ke atas maka lama kelamaan bagian dari tumbuhan ini akan mudah dibedakan antara akar, batang, dan daun (Loveless, 1989)
Perkecambahan terjadi karena beberapa faktor. Salah satunya adalah hormone. Hormon merupakan zat organic yang dihasilkan oleh tanaman, yang mana saat berada dalam konsentrasi rendah hormone ini dapat mengatur proses fisiologis (Abidin, 1990). Hormone yang ada pada salah satunya adalah hormone auksin. Hormone auksin ini berperan dalam pertumbuhan tanaman dan juga pembentukan akar adventif (Hasanah, 2007: 2). Hormon ini memiliki kemampuan mendukung akan adanya perpanjangan sel pada pucuk. Hormon yang lain ada gibberellin yang berperan dalam menstimulasi sel, pemanjangan sel atau keduanya (Abidin, 1990).
Salah satu faktor internal dari perkecambahan adalah dormansi. Dormansi jika dalam bahasa Indonesia memiliki arti masa istirahat bagi suatu organ tanaman atau biji. Atau bisa dikatakan dormansi adalah kemampuan biji untuk mengundurkan fase perkecambahannya singga waktu dan tempat yang tepat untuk tumbuh. Faktor dari dormansi sendiri ada dua, yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor-faktor tersebut meliputi tidak sempurnanya embrio, embrio yang masih belum matang secara fisiologisnya, kulit biji yang tebal, kulit biji yang impermeable dan adanya inhibitor dalam perkecambahan. Dormansi pada biji ini memiliki tiga fase, yaitu pertama fase induksi, kedua fase tertundanya metabolisme, ketiga fase bertahannya embrio untuk berkecambah dan yang terakhir fase perkecambahan (Abidin, 1990: 51-52).


IV.        METODOLOGI PRAKTIKUM
4.1    Alat dan Bahan
4.1.1    Alat
a.       Alat tulis menulis
b.      Kamera
4.1.2    Bahan
4.1.2.1  Kegiatan 1
a.    Akar tumbuhan padi (Oryza sativa).
b.    Akar tumbuhan jagung (Zea mays).
c.    Akar tumbuhan bayam duri (Amaranthus spinosus).
d.   Akar tumbuhan pepaya (Carica papaya).
4.1.2.2  Kegiatan 2
a.    Akar wortel (Daucus carota).
b.    Bengkuwang (Pachyrrizus erosus).
c.    Akar sirih (Piper betle).
d.   Akar panili (Vanilla planifolia).
e.    Akar benalu (Loranthus sp.).
f.     Umbi akar ketela pohon (Manihot sp.).
g.    Akar beringin (Ficus benjamina).
h.    Akar anggrek (Dendrobium sp.).
4.1.2.3  Kegiatan 3
a.       Biji tumbuhan padi (Oryza sativa).
b.      Biji jagung (Zea mays).
c.       Biji kacang merah (Vigna angularis).
d.      Biji kacang hijau (Phaseolus vulgaris).
4.2         Skema Kerja
4.2.1   Kegiatan 1
 








4.2.2   Kegiatan 2
 








4.2.3   Kegiatan 3
 


















V.           HASIL PENGAMATAN
(Bisa dilihat dalam Lembar Kerja Mahasiswa halaman 3-11).

VI.        PEMBAHASAN
Pada praktikum ini kami membahas mengenai struktur morfologi akar. Akar adalah bagian tumbuhan yang pokok setelah batang dan daun pada tumbuhan kormus. Akar memiliki sifat atau ciri-ciri berada di dalam tanah dengan arah tumbuh ke pusat bumi, tidak beruas dan tidak berbuku-buku, biasanya berwarna kekuningan atau keputih-putihan, tumbuh terus pada ujungnya, dan bentuknya biasanya meruncing hingga mudah menembus tanah. Akar memiliki fungsi atau peranan penting pada tumbuhan. Fungsi tersebut adalah memperkuat berdirinya tumbuhan, berguna untuk menyerap air dan zat-zat makanan yang terlarut di dalam air dari dalam tanah, mengangkut air dan zat-zat makanan ke tempat-tempat pada oragn tumbuhan yang membutuhkan, juga terkadang sebagai tempat untuk menyimpan cadangan makanan.
Pada umumnya, struktur dari akar meliputi leher akar (collum) yaitu bagian akar yang bersambungan dengan pangkal batang, ujung akar (apex radicis) yaitu bagan akar paling muda yang terdiri atas jaringan-jaringan yang masih mengadakan pertumbuhan, batang akar (corpus radicis) yaitu bagian akar yang terdapat antara leher akar dan ujung akar, cabang-cabang akar (radix lateralis) yaitu bagian akar yang tak langsung bersambungan dengan pangkal batang tetapi keluar dari akar pokok dan dapat mengadakan percabangan lagi, serabut akar (fibrilla radicalis) yaitu cabang-cabang akar yang halus dan berbentuk serabut, rambut akar (pilus radicalis) yaitu bagian akar yang sebenarnya hanya penonjolan dari sel-sel kulit luar akar yang panjang bentuknya seperti buku atau rambut, dan tudung akar (calyptra) yaitu bagian akar yang terletak paling ujung  dan terdiri atas jaringan yang berfungsi untuk melindungi ujung akar yang masih muda atau lemah.
Sistem perakaran pada tumbuhan dibedakan menjadi dua, yaitu sistem perakaran tunggang dan sistem perakaran serabut. Sistem perakaran tunggang dimiliki oleh tumbuhan dikotil, sedangkan pada tumbuhan monokotil memiliki sistem perakaran serabut. Perbedaan dari kedua sistem perakaran ini dapat dilihat melalui struktur yang ada pada masing-masing sistem perakaran. Struktur akar serabut dari tumbuhan monokotil yang pada praktikum ini padi (Oryza sativa) dan jagung (Zea mays) meliputi pangkal akar (collum), serabut akar (fibrilla radicalis), rambut akar (pilus radicalis), ujung akar (apex radices), dan tudung akar (calyptra). Sedangkan struktur dari akar tunggang pada tumbuhan dikotil yang pada praktikum ini bayam duri (Amaranthus spinosus) dan pepaya (Carica papaya) antara lain pangkal akar (collum), batang akar (corpus radicis), cabang akar (radix lateralis), serabut akar (fibrilla radicalis), rambut akar (pilus radicalis), ujung akar (apex radicis), dan tudung akar (calyptra).
Dari struktur tersebut sudah terlihat perbedaan antara sistem akar tunggang dan sistem akar serabut. Pada sistem akar tunggang terdapat batang akar atau yang biasanya disebut dengan akar pokok atau akar primer. Akar primer ini berasal dari akar lembaga yang terus tumbuh menjadi akar primer yang kemudian pada akar primer ini akan tumbuh akar yang lebih kecil sebaga percabangan dari akar primer. Sedangkan pada sistem akar serabut akar lembaga yang dalam perkembangannya mati kemudian digantikan oleh akar adventif yang semua memiliki ukuran hampir sama dan semua muncul dari pangkal akar.
 Akar memiliki modifikasi. Modifikasi ini terjadi karena memiliki fungsi khusus, dan modifikasi ini bentuk penyesuaian diri mereka terhadap lingkungannya agar tetap hidup. Berdasarkan percabangannya, modifikasi ini ada akar tunggang bercabang, ada akar tunggang tidak bercabang, dan ada akar serabut. Pada akar tunggang yang tidak bercabang memiliki tiga jenis, yaitu berbentuk seperti tombak (fusiformis), berbentuk seperti gasing (napiformis), dan berbentuk seperti benang. Pada praktikum ini yang merupakan contoh dari modifikasi akar tunggang tidak bercabang adalah wortel (Daucus carota) dan bengkuwang (Pachyrrizus erosus). Wortel adalah modifikasi akar tunggang tidak bercabang dengan bentuk seperti tombak, bagian yang terlihat adalah serabut akar, pangkal akar, batang akar, ujung dan tudung akar. Sedangkan bengkuang adalah modifikasi akar tunggang tidak bercabang dengan bentuk seperti gasing. Bagiannya ada leher akar, batang akar, serabut akar, ujung akar, dan tudung akar.

VII.     PENUTUP
7.1         Kesimpulan
Akar tumbuhan monokotil yang terdapat pada tumbuhan padi dan tumbuhan jagung memiliki sistem perakaran serabut sedangkan akar tumbuhan dikotil yang terdapat pada tumbuhan bayam duri dan pepaya memiliki sistem perakaran tunggang. Pada sistem perakaran tunggang memiliki akar primer, sedangkan pada sistem perakaran serabut tidak memiliki akar primer.
Akar mengalami modifikasi karena mempunyai fungsi khusus. Adapun macam-macam modifikasi akar antara lain adalah modifikasi akar tunggang tidak bercabang dengan bentuk seperti tombak terdapat pada wortel dan bentuk seperti gasing terdapat pada bengkuwang, akar pelekat pada sirih dan anggrek, akar pembelit pada vanili, akar gantung pada beringin, akar penghisap pada benalu dan akar dari ketela pohon yang berbentuk seperti serabut akat.
Perkembangan akar dapat dilihat melalui tipe dari perkecambahannya. Adapun tipe perkecambahan dibedakan menjadi dua, yaitu hypogeal dan epigeal. Hypogeal terjadi pada tumbuhan yang memiliki sistem perakaran monokotil yaitu padi dan jagung, sedangkan epigeal terjadi pada tumbuhan yang memiliki sistem perakaran tunggang yaitu kacang merah dan kacang hijau.
7.2          Saran
-       Diharapkan untuk asisten hadir tepat waktu dan juga selesai tepat waktu agar yang memiliki jadwal mata kuliah lain tidak telat
-       Diharapkan praktikan membawa bahan praktikum dalam keadaan bersih, agar kotoran berupa tanah tidak mengotori meja praktikum dan juga ruang laboratorium.


















DAFTAR PUSTAKA

Tjitrosoepomo, Gembong. 2011. Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Mistian, Dini., Meiriani., Edison Purba. 2012. Respons Perkecambahan Benih Pinang (Areca Catechu L) terhadap Berbagai Skarifikasi dan Konsentrasi Asam Giberelat (GA3). Jurnal online Agroteknologi. 1 (1): 15-25.

Hasanah, Farida Nur dan Nintya Setiari. 2007. Pembentukan Akar pada Stek Batang Nilam Setelah direndam IBA pada Konsentrasi Berbeda. Anatomi dan Fisiologi. 15 (2): 1-6.

Loveless. 1989. Prinsip-Prinsip Biologi Tumbuhan untuk Daerah Tropik 2. Jakrta: Gramedia.

Abidin, Zainal. 1990. Dasar-dasar Pengetahuan tentang Zat Pengatur Tumbuh. Bandung: Angkasa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar