Untuk adik-adik yang bingung dengan gimana sih format laporan praktikum itu...
bingung gak ada gambaran...
yuk simak laporan ini sebagai contoh ya....
I.
JUDUL
Struktur
Morfologi Akar.
II.
TUJUAN
2.1
Kegiatan 1
Mempelajari sistem akar tunggang pada tumbuhan dikotil
dan sistem akar serabut pada monokotil.
2.2
Kegiatan 2
Mempelajari berbagai struktur akar yang Telah
mengalami modifikasi karena mempunyai fungsi khusus.
2.3
Kegiatan 3
Mempelajari perkembangan sistem akar tunggang pada
tumbuhan dikotil dan sistem akar serabut pada monokotil.
III.
TINJAUAN PUSTAKA
Akar adalah bagian utama dari tumbuhan setelah batang
dan daun. Akar memiliki fungsi memperkuat berdirinya tumbuhan, menyerap air dan
zat mineral dari dalam tanah, mengangkut air dan zat mineral ke bagian lain
yang membutuhkan dan juga bisa sebagai tempat menyimpan cadangan makanan.
Ciri-ciri dari akar ini biasanya ada di dalam tanah, tidak berbuku dan tidak
beruas, biasanya berwarna keputih-putihan atau kekuning-kuningan, tumbuh terus
pada ujungnya, dan bentuknya meruncing (Tjitrosoepomo, 2011: 91).
Bagian dari akar ada leher akar (collum)
yaitu bagian akar yang bersambungan dengan pangkal batang, ujung akar (apex radicis) yaitu bagan akar paling
muda yang terdiri atas jaringan-jaringan yang masih mengadakan pertumbuhan,
batang akar (corpus radicis) yaitu
bagian akar yang terdapat antara leher akar dan ujung akar, cabang-cabang akar
(radix lateralis) yaitu bagian akar
yang tak langsung bersambungan dengan pangkal batang tetapi keluar dari akar
pokok dan dapat mengadakan percabangan lagi, serabut akar (fibrilla radicalis) yaitu cabang-cabang akar yang halus dan
berbentuk serabut, rambut akar (pilus
radicalis) yaitu bagian akar yang sebenarnya hanya penonjolan dari sel-sel
kulit luar akar yang panjang bentuknya seperti buku atau rambut, dan tudung
akar (calyptra) yaitu bagian akar
yang terletak paling ujung dan terdiri
atas jaringan yang berfungsi untuk melindungi ujung akar yang masih muda atau
lemah (Tjitrosoepomo, 2011: 91-92).
Jenis akar dibedakan menjadi dua, yaitu akar tunggang dan akar serabut. Tumbuhan
yang memiliki sistem perakaran tunggang adalah tumbuhan dikotil. Sedangkan tumbuhan
monokotil memiliki sistem perakaran serabut. Bagian dari kedua sistem perakara
ini hampir sama hanya yang membedakan pada sister akar tunggang terdapat akar
pokok atau primer sedangkan pada sistem akar serabut tidak memiliki akar
primer. Modifikasi dari akar ada akar tunggang bercabang, akar tunggang tidak
bercabang yang meliputi berbentuk seperti tombak (fusiformis), seperti gasing (napiformis),
dan benang (filiformis)
(Tjitrosoepomo, 2011: 92-94).
Modifikasi akar berdasarkan penyesuaian cara hidup ada 8, yaitu akar
gantung (radix aereus), akar
penghisap (haustorium) , akar pelekat
(radix adligans), akar pembelit (cirrhus radicalis), akar nafas (pneumathopora), akar tunjang, akar
lutut, dan akar banir (Tjitrosoepomo, 2011: 96-98). Sebelum menjadi tumbuhan
yang dapat dibedakan terlebih dahulu mengalami perkecambahan. Sebelum
berkecambah biji direndam selama 24 jam agar biji dapat tumbuh secara optimal
(Mistian dkk, 2012:16). Tipe perkecambahan ada dua, yaitu hypogeal dan epigeal.
Hypogeal apabila kotiledon berada di bawah tanah dan bagian yang aktif adalah
epikotil sedangkan epigeal ketika kotiledon terangkat ke atas tanah dan bagian
yang aktif adalah hipokotil (Loveless, 1989).
Pada biji tumbuhan terdapat yang namanya embrio.
Embrio yang ada pada dikotil tersusun dari radikula, plumula, kotiledon, dan
poros embrio. Poros embrio yang ada di bawah kotiledon disebut hipokotil yang
bersambungan dengan radikula sedangkan yang berada di atas kotiledon dinamakan
epigeal yang bersambungan dengan plumula. Perkecambahan dimulai dari munculnya
radikula atau bakal akar, setelah itu plumula atau bakal daun dan kotiledon
akan terangkat ke atas. Setelah kotiledon terangkat ke atas maka lama kelamaan
bagian dari tumbuhan ini akan mudah dibedakan antara akar, batang, dan daun
(Loveless, 1989)
Perkecambahan terjadi karena beberapa faktor. Salah
satunya adalah hormone. Hormon merupakan zat organic yang dihasilkan oleh
tanaman, yang mana saat berada dalam konsentrasi rendah hormone ini dapat
mengatur proses fisiologis (Abidin, 1990). Hormone yang ada pada salah satunya
adalah hormone auksin. Hormone auksin ini berperan dalam pertumbuhan tanaman
dan juga pembentukan akar adventif (Hasanah, 2007: 2). Hormon ini memiliki
kemampuan mendukung akan adanya perpanjangan sel pada pucuk. Hormon yang lain
ada gibberellin yang berperan dalam menstimulasi sel, pemanjangan sel atau
keduanya (Abidin, 1990).
Salah satu faktor internal dari perkecambahan adalah
dormansi. Dormansi jika dalam bahasa Indonesia memiliki arti masa istirahat
bagi suatu organ tanaman atau biji. Atau bisa dikatakan dormansi adalah
kemampuan biji untuk mengundurkan fase perkecambahannya singga waktu dan tempat
yang tepat untuk tumbuh. Faktor dari dormansi sendiri ada dua, yaitu faktor
eksternal dan faktor internal. Faktor-faktor tersebut meliputi tidak
sempurnanya embrio, embrio yang masih belum matang secara fisiologisnya, kulit
biji yang tebal, kulit biji yang impermeable dan adanya inhibitor dalam
perkecambahan. Dormansi pada biji ini memiliki tiga fase, yaitu pertama fase
induksi, kedua fase tertundanya metabolisme, ketiga fase bertahannya embrio
untuk berkecambah dan yang terakhir fase perkecambahan (Abidin, 1990: 51-52).
IV.
METODOLOGI PRAKTIKUM
4.1
Alat dan Bahan
4.1.1
Alat
a. Alat tulis menulis
b. Kamera
4.1.2
Bahan
4.1.2.1 Kegiatan 1
a. Akar tumbuhan padi (Oryza sativa).
b. Akar tumbuhan jagung (Zea mays).
c. Akar tumbuhan bayam duri (Amaranthus spinosus).
d. Akar tumbuhan pepaya (Carica papaya).
4.1.2.2 Kegiatan 2
a. Akar wortel (Daucus
carota).
b. Bengkuwang (Pachyrrizus
erosus).
c. Akar sirih (Piper
betle).
d. Akar panili (Vanilla
planifolia).
e. Akar benalu (Loranthus
sp.).
f. Umbi akar ketela pohon (Manihot sp.).
g. Akar beringin (Ficus
benjamina).
h. Akar anggrek (Dendrobium
sp.).
4.1.2.3 Kegiatan 3
a.
Biji tumbuhan
padi (Oryza sativa).
b.
Biji jagung (Zea mays).
c.
Biji kacang
merah (Vigna angularis).
d.
Biji kacang
hijau (Phaseolus vulgaris).
4.2
Skema Kerja
4.2.1
Kegiatan 1
4.2.2
Kegiatan 2
4.2.3
Kegiatan 3
V.
HASIL PENGAMATAN
(Bisa dilihat dalam Lembar Kerja Mahasiswa halaman 3-11).
VI.
PEMBAHASAN
Pada praktikum ini kami membahas mengenai struktur
morfologi akar. Akar adalah bagian tumbuhan yang pokok setelah batang dan daun
pada tumbuhan kormus. Akar memiliki sifat atau ciri-ciri berada di dalam tanah
dengan arah tumbuh ke pusat bumi, tidak beruas dan tidak berbuku-buku, biasanya
berwarna kekuningan atau keputih-putihan, tumbuh terus pada ujungnya, dan
bentuknya biasanya meruncing hingga mudah menembus tanah. Akar memiliki fungsi
atau peranan penting pada tumbuhan. Fungsi tersebut adalah memperkuat
berdirinya tumbuhan, berguna untuk menyerap air dan zat-zat makanan yang
terlarut di dalam air dari dalam tanah, mengangkut air dan zat-zat makanan ke
tempat-tempat pada oragn tumbuhan yang membutuhkan, juga terkadang sebagai
tempat untuk menyimpan cadangan makanan.
Pada umumnya, struktur dari akar meliputi leher akar (collum) yaitu bagian akar yang
bersambungan dengan pangkal batang, ujung akar (apex radicis) yaitu bagan akar paling muda yang terdiri atas
jaringan-jaringan yang masih mengadakan pertumbuhan, batang akar (corpus radicis) yaitu bagian akar yang
terdapat antara leher akar dan ujung akar, cabang-cabang akar (radix lateralis) yaitu bagian akar yang
tak langsung bersambungan dengan pangkal batang tetapi keluar dari akar pokok
dan dapat mengadakan percabangan lagi, serabut akar (fibrilla radicalis) yaitu cabang-cabang akar yang halus dan
berbentuk serabut, rambut akar (pilus
radicalis) yaitu bagian akar yang sebenarnya hanya penonjolan dari sel-sel
kulit luar akar yang panjang bentuknya seperti buku atau rambut, dan tudung akar
(calyptra) yaitu bagian akar yang
terletak paling ujung dan terdiri atas
jaringan yang berfungsi untuk melindungi ujung akar yang masih muda atau lemah.
Sistem perakaran pada tumbuhan dibedakan menjadi dua, yaitu sistem
perakaran tunggang dan sistem perakaran serabut. Sistem perakaran tunggang
dimiliki oleh tumbuhan dikotil, sedangkan pada tumbuhan monokotil memiliki
sistem perakaran serabut. Perbedaan dari kedua sistem perakaran ini dapat
dilihat melalui struktur yang ada pada masing-masing sistem perakaran. Struktur
akar serabut dari tumbuhan monokotil yang pada praktikum ini padi (Oryza sativa) dan jagung (Zea mays) meliputi pangkal akar (collum), serabut akar (fibrilla radicalis), rambut akar (pilus radicalis), ujung akar (apex radices), dan tudung akar (calyptra). Sedangkan struktur dari akar
tunggang pada tumbuhan dikotil yang pada praktikum ini bayam duri (Amaranthus spinosus) dan pepaya (Carica papaya) antara lain pangkal akar
(collum), batang akar (corpus radicis), cabang akar (radix lateralis), serabut akar (fibrilla radicalis), rambut akar (pilus radicalis), ujung akar (apex radicis), dan tudung akar (calyptra).
Dari struktur tersebut sudah terlihat perbedaan antara sistem akar
tunggang dan sistem akar serabut. Pada sistem akar tunggang terdapat batang
akar atau yang biasanya disebut dengan akar pokok atau akar primer. Akar primer
ini berasal dari akar lembaga yang terus tumbuh menjadi akar primer yang
kemudian pada akar primer ini akan tumbuh akar yang lebih kecil sebaga
percabangan dari akar primer. Sedangkan pada sistem akar serabut akar lembaga
yang dalam perkembangannya mati kemudian digantikan oleh akar adventif yang
semua memiliki ukuran hampir sama dan semua muncul dari pangkal akar.
Akar memiliki modifikasi.
Modifikasi ini terjadi karena memiliki fungsi khusus, dan modifikasi ini bentuk
penyesuaian diri mereka terhadap lingkungannya agar tetap hidup. Berdasarkan
percabangannya, modifikasi ini ada akar tunggang bercabang, ada akar tunggang
tidak bercabang, dan ada akar serabut. Pada akar tunggang yang tidak bercabang
memiliki tiga jenis, yaitu berbentuk seperti tombak (fusiformis), berbentuk seperti gasing (napiformis), dan berbentuk seperti benang. Pada praktikum ini yang
merupakan contoh dari modifikasi akar tunggang tidak bercabang adalah wortel (Daucus carota) dan bengkuwang (Pachyrrizus erosus). Wortel adalah
modifikasi akar tunggang tidak bercabang dengan bentuk seperti tombak, bagian
yang terlihat adalah serabut akar, pangkal akar, batang akar, ujung dan tudung
akar. Sedangkan bengkuang adalah modifikasi akar tunggang tidak bercabang
dengan bentuk seperti gasing. Bagiannya ada leher akar, batang akar, serabut
akar, ujung akar, dan tudung akar.
VII. PENUTUP
7.1
Kesimpulan
Akar tumbuhan monokotil yang terdapat pada tumbuhan padi dan
tumbuhan jagung memiliki sistem perakaran serabut sedangkan akar tumbuhan dikotil
yang terdapat pada tumbuhan bayam duri dan pepaya memiliki sistem perakaran
tunggang. Pada sistem perakaran tunggang memiliki akar primer, sedangkan pada
sistem perakaran serabut tidak memiliki akar primer.
Akar mengalami modifikasi karena mempunyai fungsi
khusus. Adapun macam-macam modifikasi akar antara lain adalah modifikasi akar
tunggang tidak bercabang dengan bentuk seperti tombak terdapat pada wortel dan
bentuk seperti gasing terdapat pada bengkuwang, akar pelekat pada sirih dan
anggrek, akar pembelit pada vanili, akar gantung pada beringin, akar penghisap
pada benalu dan akar dari ketela pohon yang berbentuk seperti serabut akat.
Perkembangan akar dapat dilihat melalui tipe dari
perkecambahannya. Adapun tipe perkecambahan dibedakan menjadi dua, yaitu
hypogeal dan epigeal. Hypogeal terjadi pada tumbuhan yang memiliki sistem
perakaran monokotil yaitu padi dan jagung, sedangkan epigeal terjadi pada
tumbuhan yang memiliki sistem perakaran tunggang yaitu kacang merah dan kacang
hijau.
7.2
Saran
- Diharapkan untuk asisten hadir tepat waktu dan juga
selesai tepat waktu agar yang memiliki jadwal mata kuliah lain tidak telat
- Diharapkan praktikan membawa bahan praktikum dalam
keadaan bersih, agar kotoran berupa tanah tidak mengotori meja praktikum dan
juga ruang laboratorium.
DAFTAR
PUSTAKA
Tjitrosoepomo, Gembong. 2011. Morfologi
Tumbuhan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Mistian, Dini., Meiriani., Edison Purba. 2012.
Respons Perkecambahan Benih Pinang (Areca Catechu L) terhadap Berbagai
Skarifikasi dan Konsentrasi Asam Giberelat (GA3). Jurnal online Agroteknologi. 1 (1): 15-25.
Hasanah, Farida Nur dan Nintya Setiari. 2007. Pembentukan Akar pada Stek
Batang Nilam Setelah direndam IBA pada Konsentrasi Berbeda. Anatomi dan Fisiologi. 15 (2): 1-6.
Loveless. 1989. Prinsip-Prinsip Biologi
Tumbuhan untuk Daerah Tropik 2. Jakrta: Gramedia.
Abidin, Zainal. 1990. Dasar-dasar Pengetahuan
tentang Zat Pengatur Tumbuh. Bandung: Angkasa.